Jumat, 25 Februari 2011

Rumusan Masalah Penelitian

MASALAH PENELITIAN
( Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi )


Oleh Kelompok 2:

1. MOH. BADRUS SOLICHIN (080210402002)
2. YUAIDA DWI FATMAWATI (080210402017)
3. ACHMAD WAHYUDI (080210402023)
4. ARINI SUSANA (080210402031)
5. DIDIN DWI ERLIANI (080210402038)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011


MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian merupakan titik awal sebuah proses penelitian. Tidak akan ada proses penelitian tanpa adanya masalah yang dapat diidentifikasikan dan dirumuskan dengan jelas, dengan dukungan alasan yang aktual masuk akal. Dari teori-teori yang ada yang ada dan asumsi-asumsi yang disusun seorang penelitian dapat mengembangkan hipotesis. Dengan dirumuskannya masalah penelitian secara lebih rinci dan peneliti dapat menetapkan populasi penelitian, tehnik pengumpulan dan analisis data yang dapat diterapkan untuk menjawab permasalahan tersebut.
Masalah penelitian
Tiga hal yang harus dirumuskan sebelum suatu penelitian dapat dilakukan. Ketiga hal tersebut adalah masalah yang akan diteliti atau pertanyaan yang akan dijawab, metode penelitian atau cara yang akan ditempuh untuk menemukan jawaban dari permasalan tersebut, dan alas an mengapa penelitian tersebut dilakukan (Huda,1988:1). Identifikasi dan perumusan masalah yang akan diteliti merupakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti karena tanpa identifikasi dan perumusan masalah yang jelas sebuah penelitian akan kehilangan makna dan landasan ontologis sebagai kerangka kajian yang akan dilakukan.
Masalah adalah sesuatu yang memerlukan jawaban, penjelasan atau pemecahan. Masalah sering dirumuskan sebagai “kesenjangan anatara harapan dan kenyataan”. Masalah penelitian lahir karena keingintahuan. Seorang (calon) peneliti harus cukup peka untuk dapat mengidentifikasi aspek-aspek kehidupan dan peristiwa alam yang memiliki potensi untuk melahirkan masalah penelitian. Penanda terpenting dari masalah penelitian adalah adanya “keresahan” yang mungkin timbul sebagai akibat belum terjawabnya suatu masalah penelitian. Yang dapat berupa dorongan rasa ingin tahu yang kuat (curiousity) dalam diri peneliti, ketidaklancaran suatu proses atau rendahnya kinerja dan hasil kerja karena masih ada hal-hal yang belum terjelaskan dengan baik atau adanya elemen yang belum memenuhi tuntutan standar mutu proses yang bersangkutan.
Sebuah fenomena bukanlah masalah penelitian selama penelititidak mempersoalkan aspek-aspek tertentu yang memangpotensial untuk memerlukan permasalahan. Dengan kata lain masalah penelitian harus “digali” oleh peneliti dari konteksnya.
Sumber masalah penelitian
Sumber masalah penelitian adalah alam semesta dengan segala isi semua fenomena yang ada di dalamnya. Peneliti bertugas untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dari keberadaan dan dinamika semesta tersebut. Dalam perakteknya, seorang peneliti sering mengalami kendala-kendala yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dangkal trivial dan parsial atau isolated. Sebagian dari calaon peneliti dalam menemukan masalah penelitian sering menggunakan cara-cara yang praktis dengan menggunkan ‘sumber-sumber sekunder’ yaitu library atau kepustakaan. Salah satu ukuran yang biasa dipakai untuk menilai bahan pustaka sebagai sumber masalaah adalah aktualisasi atau kekinian isi sumber berita.
Howard dan Sharp mengurutkan gradasi nilai bahan-bahan pustaka tersebut sebagai sunber masalah penelitian sebagai berikut:
1. Tesis dan desertasi
2. Artikel dalam jurnal akademik dan profesional
3. Laporan penelitian
4. Buku dan tinjauan buku
5. Kominikasi dengan ahli-ahli bidang yang terkait
6. Pendapat para ‘pemakai’ hasil penelitian
7. Hasil diskusi dengan teman sejawat
8. Media lain dalam arti luas
Penyimpangan-penyimpangan dari sesuatu yang rutin sering dapat diidetifikasi dengan cermat oleh awam (sekalipun) yang akrab demngan situasi dan dan kebiasaan etempat yang telah berlangsung lama. Ini seringkali menjadi sumber masalah penelitian yang potensial, sehingga seorang calaon peneliti haris melakuka evaluasi yang seksama sebelium benar-benar diangkat sebagai suatu fokus kajian.
Teknik Pengembangan Masalah Penelitian
Menurut Howard & Sharp (1986) teknik pengembangan masalah penelitian menggunakan tiga pendekatan yakni analogi, mengembangkan peta permasalahan, dan analisis morfologi.
1. Analogi
Pendekatan analogi di dalam proses pengembangan penilitian sebagai inspirasi bagi peniliti untuk mengembangkan pemikiran yang sejalan dengan paradigma penilitian yang telah ada. Selain itu pendekatan analogi juga memberikan inspirasi digunakannya metodelogi yang telah terbukti sukses yang sebelumnya sudah dilakukan oleh peniliti lain.
Sebagai contoh peniliti yang tertarik akan masalah pengembangan kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia dapat menggunakan pendekatan penelitian yang sudah pernah diterapkan di negara lain.
2. Peta Permasalahan
Peta permasalahan dapat dimanfaatkan oleh peniliti untuk mengembangkan masalah penilitian dengan menjabarkan ide-ide terkait berlandaskan suatu konsep dasar. Sehingga diharapakan adanya peta permasalahan ini peniliti dapat menjabarkan masalah yang dikaji dan kemudian dapat memfokuskan kajiannya pada topik permasalahannya.
3. Analisis Morfologis
Analisis morfologis bertumpu pada suatu proses yang terdiri dari tiga langkah di dalam pengembangan masalah penilitian. Berikut ketiga langkah tersebut:
a) Identifikasi faktor-faktor utama dari suatu masalah.
b) Mendaftar berbagai tingkatan dari faktor-faktor tersebut.
c) Merumuskan berbagai pola hubungan yang mungkin terjadi antara faktor-faktor tersebut.

Fisibilitas Permasalahan
Sebelum penelitian diambil apakah suatu penelitian layak untuk dikerjakan atau tidak perlu dievaluasi menurut beberapa kriteria seperti disebutkan di bawah ini:
1. Kemungkinan diperolehnya data yang diperlukan
2. Dapat-tidaknya dikembangkan disain penelitian yang sesuai
3. Ketersediaan waktu yang dibutuhkan
4. Dikuasainya keterampilan teknik yang dibutuhkan
5. Ketersediaan dana
6. Resiko yang harus dihadapi
7. Kesesuaian dengan minat peneliti
Selain kriteria di atas peneliti perlu memperhatikan keaslian (orijinalitas) dan simetri permasalahan yang akan dikaji. Pertimbangan orijinalitas akan menghindarkan peneliti dari duplikasi atau replikasi yang tidak perlu. Simetris permasalahan (Howard & Sharp, 1986:37) berkaitan dengan perkiraan nilai hasil penelitian yang akan diperoleh.
Latar Belakang Dan Rumusan Masalah Penelitian
Dalam perencanaan penelitian yang diwujudkan dalam bentuk proposal jawaban peneliti terhadap pertanyaan “Mengapa masalah ini dipilih untuk diteliti?” dimuat dalam bagian yang disebut latar (belakang) masalah. Dengan menulis latar belakang masalah peneliti menyakinkan dirinya sendiri, anggota tim penelitiannya dan pihak-pihak terkait (supervisor, sponsor, penguji, panitia, dan sebagainya) bahwa penelitian yang direncanakannya benar-benar bernilai layak dilakukan, serta konsisten dengan kaidah-kaidah keilmuan yang ada.
Setelah memilih masalah yang akan diteliti dengan “justifikasi” yang cukup peneliti harus merumuskan masalahnya dalam suatu rumusan yang jelas. Perumusan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga dengan membaca rumusan ini orang akan tau apa yang akan diteliti dan sekaligus memiliki gambaran tentang berbagai aspek penelitian tersebut: jenis data yang akan dikumpulkan dan teknik pengumpulkan data yang akan dipakai, populasi penelitian dan lain-lain. Menurut Ary dkk (1979) perumusan masalah yang baik harus memenuhi dua syarat: (1) menyebutkan dengan jelas apa yang akan dicari jawabannya dan (2) jelas ruang lingkupnya. Kedua syarat ini dapat dipenuhi apabila peneliti menyebutkan dengan jelas hal-hal sebagai berikut:
1. Variable-variabel yang terkait
2. Hubungan diantara variable-variabel tersebut
3. Populasi terkait atau sasaran kajian yang merupakan subjek-subjek yang paling jelas keterkaitannya dengan permasalahan yang dikaji
4. Berbagai atribut (lokasi, waktu, dsb) yang berfungsi membatasi lingkup kajian yang berkaitan dengan tempat dan waktu terjadinya permasalahan maupun identitas khusus dari populasi/bagian populasi yang bersangkutan.
Pada umumnya masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, variable tersebut. Ditinjau dari cakupan aspek yang terkait rumusan masalah penelitian dibedakan menjadi dua tingkatan rumusan masalah umum yang menunjukkan keseluruhan permasalahan penelitian secara utuh, dan rumusan masalah khusus yang berfokus pada aspek-aspek tertentu dari permasalahan yang dikaji.
Asumsi
Dalam konteks penelitian asumsi diartikan sebagi anggapan dasar, yaitu sesuatu yang diakui kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu. Peneliti tidak perlu melakukan pengamatan atau pengukuran khusus untuk mengetahui kebenaran, tatapi langsung menggunakannya sebagai pijakan berfikir dalam penelitiannya.
Asumsi diajukan agar peneliti dapat mengembangkan rancangan penelitian yang valid. Dalam bahasa metodologi penelitiannya tidak terancam oleh sumber-sumber ketiodakvalidan. Rancangan penelitian adalah acuan untuk menyusun hipotesis penelitian. Karena itu itu harus bebas dari sumber-sumber ketidakvalidan.
Tidak semua penelitian memerlukan asumsi, jadi peneliti tidak perlu memaksakan suatu asumsi jika memang tidak secara fungsional dibutuhkan. Kadang-kadang asumsi juga tidak dinyatakan secara eksplisit, tetapi sudah diperhitungkan oleh peneliti untuk mengantisipasi hasil penelitian yang jauh menyimpang dari yang diharapkan.
Asumsi dibedakan menjadi tiga jenis menurut sifatnya, yaitu:
1. Asumsi konseptual
Asumsi konsepsual berakar pada pengakuan akan kebenaran suatu konsep atau teori.
2. Asumsi situasional/probabilistis
Asumsi situasional diperlukan apabila peneliti melihat atau mengantisipasi adanya kondisi local atau situasi yang bersifat sementara yang berpotensi mempengaruhi atau menentukan berlakunya suatu hokum atauprinsip sehingga dapat menggoyahkan rancangan penelitian yang telah disusun.
3. Asumsi prakmatik/operasional
Asumsi pragmatic bertolak dari masalah-masalah operasional yang sebenarnya masih di dalam jangkauan peneliti untuk mengendalikannya. Tetapi karena alasan-alasan praktis, kebenaran hal-hal yang seharusnya dikendalikan tersebut dijadikan asumsi saja.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah-masalah yang diteliti. Dinyatakan sebagai jawaban sementara karena kebenaran suatu hipotesis masih harus diuji dengan data yang akan dikumpulkan. Dalam penelitian kuantitatif hipotesis merupakan produk dari paradigma pendekatan ‘logiko-hipotetiko-verifikatif’ yaitu pendekatan berfikir deduktif yang mengandalkan pendayagunaan logika yang bersandar pada teori, prinsip, konsep, dan kaidah yang berlaku. Hasil berfikir deduktif inilah yang diwujudkan dalam bentuk hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis disusun setelah peneliti melakukan kajian kepustakaan secara tuntas. Tetapi untuk menyegerakan pemahaman pembaca atas masalah dan konteks penelitian sering hipotesis sudah disajikan pada bagian awal sebuah laporan penelitian. Hal ini tidak menjadi masalah karena pembaca tidak tidak terlibat dalam proses pengembangan hipotesis tersebut dan hanya berkepentingan untuk mengetahui jalan pikiran peneliti dalam mencari jawaban atas permasalahan yang dikajinya. Hipotesis diperlukan untuk mengarahkan langkah-langkah penelitian selanjutnya, digunakan untuk analisis data. Perlu dicatat bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Hipotesis dibedakan menjadi dua macam yaitu hipotesis alternatif (H1) dan hipotesis nihil (H0). Hipotesis alternatif adalah rumusan formal hasil analisis deduktif peneliti mengenai masalah yang dikajinya. Misalnya, “ Ada hubungan antara IQ dan pencapaian belajar untuk anak-anak di bawah tingkat kemampuan berfikir normal”. Hipotesis nihil disusun untuk kepentingan pengujian statistik, dan dinyatakan dengan kalimat negatif seperti, “Tidak ada hubungan antara IQ dan pencapaian belajar untuk anak-anak di bawah tingkat kemampuan berfikir normal”. Hipotesis inilah yang nantinya akan diterima atau ditolak dalam pengujian statistik.
Rumusan hipotesis yang baik menurut syarat-syarat seperti rumusan masalah penelitian, yaitu:
1. Menyebutkan variabel-variabel yang terkait
2. Menyebutkan hubungan di antara variabel-variabel tersebut
3. Menyebutkan populasi atau sasaran kajian
4. (kadang-kadang) berbagai atribut (lokasi, waktu,dsb) yang membatasi lingkup kajian.
Contoh rumusan hipotesis alternatif.
• Hubungan antara intelegensi dan nilai rata-rata semester lebih kuat di kalangan mahasiswa laki-laki daripada mahasiswa perempuan.
Contoh hipotesis nihil.
• Hubungan antara intelegensi dan nilai rata-rata semester tidak lebih kuat di kalangan mahasiswa laki-laki daripada mahasiswa perempuan.
###

Contoh Rumusan Masalah Penelitian


• JUDUL :
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF MELALUI KUNJUNGAN LAPANGAN PADA SISWA KELAS IX SMP 5 TANGGUL
• RUMUSAN MASALAH :
Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis paragraf deskriptif melalui kunjungan lapangan pada siswa kelas IX SMP N 5 Tanggul?
• ASUMSI :
Teknik pembelajaran kunjungan lapangan meningkatkan keaktifan siswa menulis paragraf deskriptif.
• HIPOTESIS :
H1 : Jika siswa kelas IX diberi perlakuan tindakan kelas berupa pembelajaran dengan kunjungan lapangan, kemampuan menulis paragraf deskriptif siswa kelas IX SMP 5 Tanggul akan lebih baik atau meningkat.
H0 : Jika siswa kelas IX diberi perlakuan tindakan kelas berupa pembelajaran dengan kunjungan lapangan, kemampuan menulis paragraf deskriptif siswa kelas IX SMP 5 Tanggul tidak akan lebih baik atau tidak meningkat.