#RomanSejarah
OUTLINE NOVEL
BIBIR GINCU
KARYA
MIDUN ALIASSYAH
OUTLINE BAKAL NOVEL BIBIR GINCU
Bibir Gincu, lama novel itu mengendap di laptop. Entah ingin saya kemanakan novel ini selanjutnya. Diterbitkan ke suatu penerbit, kayaknya belum layak di baca kalayak umum. Diikutkan event lomba penulisan novel? Wou..... Ohya ini saya coba publis outline novel yang saya tulis dari tahun 2010 sampai sekarang. Semoga bermanfaat.... :)
Outline
novel yang saya buat ini akan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu
penjabaran terkait kerangka intrinsik novel; judul, tokoh, perwatakan, alur, seting, dan konflik, dan yang kedua
penjabaran kerangka BAB yang ada di dalam novel. Berikut ini penjelasannya.
A. KERANGKA INTRINSIK NOVEL
1. Judul:
Novel ini akan diberi judul Bibir
Gincu. Alasan kenapa pengarang memakai judul tersebut? Melalui judul
tersebut pengarang ingin menggambarkan jati diri seorang waranggono (penari
tayub), yang penuh daya magis dan spiritualis. Sedangkan Bibir sendiri bagi kaum
perempuan disimbolkan sebagai organ keseksian, sedangkan gincu perekah untuk
dipoleskan ke unsur keseksiaan agar nampak lebih berupawan dan sensual.
Jadi Bibir Gincu adalah wujud klise dari sosok waranggono.
2. Tokoh dan Perwatakan
§
Tokoh Utama:
Marni
Memiliki sosok karakter perempuan cantik, tegar, cerdas, anggun, sabar,
ramah, optimis, dan gigih dalam memperjuangkan apa yang dicita-citakannya.
§
Tokoh Bawahan:
1)
Galih
Memiliki karakter penyayang, bijaksana, pintar, sabar, dan berpikir
tradisional.
2)
Asraf
Memiliki karakter cool, tampan, gagah, egois, dan metro sexual.
3)
Mbah Adul
Memiliki karakter dermawan, sabar, penyayang, murah senyum, dan
bijaksana.
4)
Tiga sahabat:
·
Ratih
Memiliki karakter keras kepala, mudah bergaul, suka menolong, dan setia
kawan.
·
Utami
Memiliki karakter pendiam, lola (berpikir lama), anggun, dan setia kawan.
·
Wulan
Memiliki karakter judes, keras kepala, menang sendiri, dan setia kawan.
5)
Orang tua Marni:
·
Emak
Sinah
Memiliki karakter penyayang, sabar, baik hati, rela berkorban, disiplin,
tegas, cerdas, dan tawakal.
·
Kusdi
Memiliki karakter bijaksana, berwibawa, pantang menyerah, rendah hati,
dan tegas.
6)
Orang tua Galih:
·
Mbak
Sundari
Memiliki karakter tegas, pantang menyerah, dan mudah bergaul.
·
Parnoto
Memiliki karakter mudah tersinggung, kolot, dan pantang pekerja keras.
7)
Gesang
Memiliki karakter kekanak-kanakan, riang, murah senyum, dan manja.
8)
Sari
Memiliki karakter kikir, tinggi hati, jahat, dan riya’.
9)
Reny Titi
(TKW 1)
Memiliki karakter judes, keras kepala, dan mudah terhasut.
10)
Marfuah
(TKW 2)
Memiliki karakter lugu, cantik, rendah hati, dan pendiam.
11)
Ng
Yen Yen (Menteri Pariwisata)
Memiliki karakter tinggi hati, tegas, dan mudah tersinggung.
12)
Dr. Beny
Abadilah, S.Sos (KBI di Malaysia)
Memiliki karakter baik hati, bijaksana, dermawan, dan tegas.
13)
Mariam
(Majikan 1)
Memiliki karakter tidak pemarah, suka menolong, dan pemaaf.
14)
Mujahid
Fi Sabilillah (Majikan 2)
Memiliki karakter pendiam, rendah hati.
15)
Mahnolia
(Mucikari)
Memiliki karakter penipu, serakah, suka memanfaatkan orang lain, tamak,
dan penghasut.
3. Alur
Dalam novel Bibir Gincu ini pengarang menggunakan alur maju. Dimana
cerita dimulai dari cuplikan singkat kisah Marni ketika berada di negeri Jiran
(tanah rantau), kemudian berlanjut ke kisah Marni kembali ke tanah air.
4. Seting
·
Tempat: Hampir
secara keseluruhan cerita ini
berlatar tempat di Desa Ngrajek (Kabupaten Nganjuk). Akan diungkap pengarang
melalui penceritaan tentang kehidupan warga Ngrajek, adat istiadatnya, tradisi.
Dan juga cerita ini juga mengambil latar di negeri Jiran, tepatnya di kota Johor
Baru, Kelantan, dan Kuala Lumpur. Bagaimana diceritakan ketika Marni
menjelajahi negara tersebut untuk mengadu nasib sebagai TKW.
·
Waktu dan
suasana: akan dijelaskan secara konkrit dalam cerita (bakal novel).
B. KERANGKA BAB ISI NOVEL
1.
BAB
I: Cerita di Balik Kisah
Pada
BAB awal ini pengarang mencoba mengambarkan kesuluruhan pokok cerita secara
singkat. Dengan mencoba menampilkan karakter tokoh sentral, alur, dan konflik
yang akan diulas secara runtut dalam cerita.
Pengarang
menyudutkan tokoh Marni berada di dalam sebuah apartemen yang ada di Kuala
Lumpur. Si tokoh dalam posisi bergejolak dalam permasalahan. Dari permasalahan
yang diungkap Marni melalui bayang pikiranya inilah, kisah mulai berawal.
2.
BAB
II: Pelangi Kecil Kehidupan
Pada
BAB ini pengarang menceritakan kisah kehidupan Marni pada tahun 1989. Dari BAB
ke dua inilah sebenarnya cerita baru dimulai. Pelangi Kecil Kehidupan ini,
menggambarkan bagaimana keadaan keluarga Marni yang sebenarnya. Ada Ibu dan
Bapak yang selalu mencintainya, walaupun keluarga ini hidup jauh dari
kelayakan, namun keluarga Marni selalu mensyukuri yang ada. Karna bagi mereka
hidup tak perlu kemewahan, terpenting ada yang dimakan setiap harinya dan bisa
berbagi dengan orang lain. Kemudian cerita dilanjutkan tentang kisah tokoh
sentral, ketika usia sekolah dasarnya dan ia berkawan dengan ketiga teman
perempuannya yang bernama Ratih, Wulan, dan Utami. Selain itu Marni juga
memiliki sahabat akrab yang bernama Galih.
Bersahabat
dengan Galih inilah, Marni menemukan sejuta kisah yang layak untuk dikenang
selamanya. Mereka berdua kemanapun dan dimanapun selalu bersama, disaat itu
gembira ataupun sedih.
3.
BAB
III: Tayub, Tarian Magis
BAB
ketiga ini, cerita diawali dengan kesedihan Marni dan teman-teman sekelasnya
ketika beberapa hari ditinggal sosok pahlawan mereka. Sebab orang yang selalu
membuat teman-temannya serasa selalu dilindungi dan disemangati. Sosok yang
dipuji-puji ini adalah Galih. Sudah dua Minggu Galih tidak masuk ke sekolah,
karena sakit typus yang mendera.
Dan
inti cerita yang ingin disampaikan pengarang pada BAB ini adalah bagaimana
eksistensi budaya Tayub yang menjadi salah satu jenis tarian tradisional yang
ada di desa Ngrajek. Tarian ini merupakan satu-satunya hiburan yang paling
digandrungi masyarakat di daerah kabupaten Nganjuk. Kemudian cerita dilanjutkan
peristiwa prosesi-prosesi yang dilakuan ketika ingin menjadi waranggono (penari
tayub) dengan diikuti segala upacara pengukuhan yang serba mistis atau
gaib.
4.
BAB
V: Sang Waranggono
Menjadi
waranggono memang pilihan Marni sejak kecil. Ia bercita-cita ingin menjadi
waranggono sejati dan profesional seperti Emaknya. Marni ingin menjadi idola
banyak orang. Selalu dipuja dan puji ketika sedang melenggang bersama bunyi
gendang dan slendang.
Namun
semua itu apa yang dicita-citakan Marni sejak kecil ternyata hanya sebuah
kidung dini. Sebab Emak sejak kelahiran Marni sudah merencanakan bahwa putri
satu-satunya ini tidaklah akan dikukuhkan jiwanya untuk menjadi seorang
waranggono. Dan ini Marni ketahui pada usia remaja. Walaupun Marni dari kecil
sudah dikenalkan bentuk tarian tayub oleh Emaknya. Marni pun mengalami
kekecewaan berat kepada sang Emak.
5.
BAB
VI: Jadi TKW Sebuah Pilihan
Menjadi
seorang TKW adalah penentu bagi masa depan Marni. Ia direlakan oleh kedua
orangtuanya untuk mendaftarkan diri demi mengadu nasib di negeri orang. Ketika
tawaran ini terlontar, sebenarnya Marni sempat ingin menolak. Sebab menjadi TKW
tidak ada dalam daftar impian yang ingin dicapai Marni. Tetapi apalah dikata, jika
orangtua sudah merelakan? Ya sudah, Marni menerima dengan hati terpaksa.
Marni
dilepas kepergiaanya dengan linangan air mata yang tak terpatri dari pelupuk
mata kedua orangtua. Peristiwa sedih ini terjadi di terminal Nganjuk.
6.
BAB
VII: Negeri Jiran, Sambut Aku
Marni
tidak menyangka kalau negeri Jiran menjadi sebuah pilihan, diikuti dengan berbagai
alasan yang menguatkan.
Ketika
dalam perjalanan menuju negeri rantauan, harapan demi harapan sudah terencana
baik di benak Marni. Doa dan ikhtiar akan menjadi modal utama Marni saat
melaksanakan pekerjaan yang akan dilakukannya.
Sesampai
di bandara Marni dipapah oleh pihak agen kerja yang bekerjasama dengan agen
kerja Indonesia.
Harap-harap
cemas, itulah perasaan Marni sebelum ia berada di tempat kerja. Dan setelah
kedatangannya, Marni di tempatkan dalam sebuah penampungan tenaga kerja selama
tiga hari. Pada hari terakhirnya itu pula, Marni dapat mengetahui bahwa ia akan
dipekerjakan menjadi seorang pembantu rumah tangga di keluarga keturunan ras
Cina yang tinggal di Johor Baru.
Tidak
ada lima bulan kemudian, Marni pindah kerja ke majikan baru karena adanya
permasalahan dengan majikan sebelumnya. Dan di tempat kerja yang baru inilah
kehidupan Marni menjadi penuh makna dan kejutan.
7.
BAB
VIII: Maestro Tayub
Masa
tak ubahnya seperti musim, terkadang menyejukkan tak pula memanaskan. Begitu
pula dengan kehidupan Marni di negeri rantauan. Namun di negeri Jiran inilah,
ia menemukan sosok yang selama ini patut jadikan panutan olehnya. Tepatnya
Marni bertemu dengan sosok Mbah Adul yang dapat memberikan pencerahan bagi
hidup Marni. Mbah Adul ini dikenal sebagai laki-laki yang pantas disandangkan
sebagai duta budaya. Walaupun keberadaannya sekarang di Negeri Jiran, tetapi di
dalam kehidupannya ia tidaklah meninggalkan tradisi yang melekat sejak kecil.
Mbah Adul ini adalah pelestari budaya Tayub di negeri Jiran. Sampai-sampai ia
mampu mendirikan sanggar seni yang memiliki anak didik berpuluh-puluh orang.
8.
BAB
IX: Berkiprah di Atas Angin
Perjalanan
Marni di negeri rantau, telah berkiprah seperti pelangi bercahaya dikala fajar
merekah. Begitu elok dinikmati, karena di negeri Jiran ini Marni dikenal
masyarakat sebagai pelestari tari tayub. Masyarakat sendiri sudah mengakui,
kalau tarian itu merupakan wujud dari seni yang kaya akan makna seni dan
hiburan. Sehingga masyarakat menyambut antusias kehadiran tarian tayub di
tengah-tengah persaingan tari modern.
9.
BAB
X: Petronas Saksi Cinta Kita
Bisa
dibilang di negeri rantauan, Marni bisa dibilang sebagai TKW yang beruntung dan
mujur. Setelah hampir tiga tahun keberadaannya di negeri Jiran, status Marni
bukanlah lagiseorang TKW. Namun ia diakui sebagai duta tayub bersama Mbah Adul.
Kehidupannya sudah bercukupun, karena dari tayublah ia memperoleh banyak uang.
Dan
keberuntungan Marni tidak hanya itu, ia juga berkenalan dengan seorang pria
tampan yang bernama Asraf. Perkenalan mereka berdua belumlah lama, namun mereka
cukup dibilang sebagai sepasang kekasih. Pada akhirnya Asraf memberanikan diri
untuk mempersunting Marni, hal ini ia nyatakan di pucuk gedung Petronas. Dan
gedung pencakar langit ini menjadi saksi cinta mereka.
10. BAB XI: Milik Ku, Milik Mu?!
Ternyata keberuntungan tidaklah selalu berbuah kenikmatan
dan kebahagiaan, hal ini dialami Marni. Ia mulai merasakan ketertekanan polemik
yang membuat dirinya menjadi manusia pendusta dan tak berjiwa nasionalisme.
Karena beban batin inilah keadaan Marni menjadi terpuruk.
Satu, dua, tiga, dan beberapa permasalahan lain mendera
kedamaian Marni di tanah rantauan. Namun yang paling fatal bagi Marni adalah
tindakan orang-orang besar di negiri Jiran ini ketika menawarkan kepada Marni
untuk pindah kewarganegaraan dengan jaminan-jaminan kelayakan hidup. Tak lain
ini dikarenakan orang-orang besar ini ingin mengakui tari tayub sebagai salah
satu budaya asli dari negara mereka.
11. BAB XII: Rembulan Jatuh di
Pangkuan
Kehidupan
Marni di negeri rantauan benar-benar tidaklah nyaman lagi, sehingga ia
memutuskan untuk pulang ke Tanah Air. Ia rela meninggalkan kehidupan mewah dan
kepopulerannya begitu saja, walaupun tidak menjamin ketika di tanah lahirnya ia
akan memperolehnya seperti ia raih di tanah rantauan. Tetapi bagi Marni
terpenting ia ingin hidup dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.
Dan
akhirnya Marni benar-benar meninggalkan negeri Jiran. Ia sampai juga di tanah
air, dengan disambut sejuta senyuman dan isak tanggis keluarga tercinta. Yang
membuat bahagia lagi bagi Marni, ia dapat melihat dan memeluk Galih.
12. BAB XIII: Rindu di Atas Batu Nisan
Setiba Marni di tanah kelahirannya, ia dibuat jatuh pingsan
dan sakit tak terkira sebab setelah ia mengetahui kalau sang Emak pergi
meninggalkan selama-lamanya. Marni tidak menyangka, apalagi tidak ada yang
mengkabari dirinya ketika berada di tanah rantau.
Dan rasa rindu Marni kepada Emaknya, hanya terlampias
memeluk batu nisan sang Emak.
13. BAB XIV: Tiga Cinta, Dua Pilihan
Hari-hari
Marni kini hanya melakukan aktivitas apa yang bisa ia jalani di rumah. Dan ia
berniat untuk kembali menghidupkan eksistensi tari tayub di desa Ngrajek
tercinta. Setelah hampir mati karena tidak ada yang melestarikan, sepeningal
Emaknya meninggal dunia.
Marni
mencoba mengajak gadis-gadis remaja ataupun ibu-ibu rumah tangga, untuk
berlatih tari di sanggar Panji Laras. Dan ini Marni lakukan tidaklah sendiri,
namun ia dibantu oleh Galih yang selalu setia memperjuangkan keinginan besar
Marni.
Minggu
demi minggu telah Marni lewati dengan penuh makna dan kenang. Dan ada sebuah
event besar yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Jatim, yaitu event lomba tari
tayub seprovinsi. Anak didik Marni mengikuti event penting ini atas izin Bupati
kabupaten Nganjuk.
Penyelanggaraan
event ini bertempat di taman budaya Jawa Timur, dan beratus-ratus peserta dari
berbagai daerah beradu bakat di atas pentas. Marni sendiri datang ke event ini
hanya bersama anak didiknya yang akan unjuk diri.
Di
event inilah, Marni bertemu dengan orang yang sudah ia kenal dan sempat menjadi
pengisi relung hatinya. Tepatnya marni bertemu dengan Asraf, pria tampan yang
ia kenal di negeri rantau. Ternyata Asraf sendiri bisa berada di event ini,
sebab ia menjadi salah satu dewan juri.
Gejolak
cinta Marni membara kembali. Dan ia tidak bisa menentukan, di antara kedua
laki-laki yang telah berlabuh di hatinya, yaitu Galih dan Asraf.
Siapakah pilihan Marni?