Kamis, 13 Juni 2013

Outline Novel








#RomanSejarah



OUTLINE NOVEL
BIBIR GINCU







KARYA 
MIDUN ALIASSYAH





















OUTLINE BAKAL NOVEL BIBIR GINCU


Numpang eksis!


Bibir Gincu, lama novel itu mengendap di laptop. Entah ingin saya kemanakan novel ini selanjutnya. Diterbitkan ke suatu penerbit, kayaknya belum layak di baca kalayak umum. Diikutkan event lomba penulisan novel? Wou..... Ohya ini saya coba publis outline novel yang saya tulis dari tahun 2010 sampai sekarang. Semoga bermanfaat.... :)

Outline novel yang saya buat ini akan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu penjabaran terkait kerangka intrinsik novel; judul, tokoh, perwatakan, alur, seting, dan konflik, dan yang kedua penjabaran kerangka BAB yang ada di dalam novel. Berikut ini penjelasannya.



   A.    KERANGKA INTRINSIK NOVEL

1.    Judul:
Novel ini akan diberi judul Bibir Gincu. Alasan kenapa pengarang memakai judul tersebut? Melalui judul tersebut pengarang ingin menggambarkan jati diri seorang waranggono (penari tayub), yang penuh daya magis dan spiritualis. Sedangkan Bibir sendiri bagi kaum perempuan disimbolkan sebagai organ keseksian, sedangkan gincu perekah untuk dipoleskan ke unsur keseksiaan agar nampak lebih berupawan dan sensual.
Jadi Bibir Gincu adalah wujud klise dari sosok waranggono.

2.    Tokoh dan Perwatakan
§  Tokoh Utama:
Marni
Memiliki sosok karakter perempuan cantik, tegar, cerdas, anggun, sabar, ramah, optimis, dan gigih dalam memperjuangkan apa yang dicita-citakannya.
§  Tokoh Bawahan:
1)   Galih
Memiliki karakter penyayang, bijaksana, pintar, sabar, dan berpikir tradisional.
2)   Asraf
Memiliki karakter cool, tampan, gagah, egois, dan metro sexual.
3)   Mbah Adul
Memiliki karakter dermawan, sabar, penyayang, murah senyum, dan bijaksana.
4)   Tiga sahabat:
·      Ratih
Memiliki karakter keras kepala, mudah bergaul, suka menolong, dan setia kawan.
·      Utami
Memiliki karakter pendiam, lola (berpikir lama), anggun, dan setia kawan.
·      Wulan
Memiliki karakter judes, keras kepala, menang sendiri, dan setia kawan.
5)   Orang tua Marni:
·      Emak Sinah
Memiliki karakter penyayang, sabar, baik hati, rela berkorban, disiplin, tegas, cerdas, dan tawakal.
·      Kusdi
Memiliki karakter bijaksana, berwibawa, pantang menyerah, rendah hati, dan tegas. 
6)   Orang tua Galih:
·      Mbak Sundari
Memiliki karakter tegas, pantang menyerah, dan mudah bergaul.
·      Parnoto
Memiliki karakter mudah tersinggung, kolot, dan pantang pekerja keras.
7)   Gesang
Memiliki karakter kekanak-kanakan, riang, murah senyum, dan manja.
8)   Sari
Memiliki karakter kikir, tinggi hati, jahat, dan riya’.
9)   Reny Titi (TKW 1)
Memiliki karakter judes, keras kepala, dan mudah terhasut.
10)    Marfuah (TKW 2)
Memiliki karakter lugu, cantik, rendah hati, dan pendiam.
11)    Ng Yen Yen (Menteri Pariwisata)
Memiliki karakter tinggi hati, tegas, dan mudah tersinggung.
12)    Dr. Beny Abadilah, S.Sos (KBI di Malaysia)
Memiliki karakter baik hati, bijaksana, dermawan, dan tegas.
13)    Mariam (Majikan 1)
Memiliki karakter tidak pemarah, suka menolong, dan pemaaf.
14)    Mujahid Fi Sabilillah (Majikan 2)
Memiliki karakter pendiam, rendah hati.
15)    Mahnolia (Mucikari)
Memiliki karakter penipu, serakah, suka memanfaatkan orang lain, tamak, dan penghasut.
3.    Alur
Dalam novel Bibir Gincu ini pengarang menggunakan alur maju. Dimana cerita dimulai dari cuplikan singkat kisah Marni ketika berada di negeri Jiran (tanah rantau), kemudian berlanjut ke kisah Marni kembali ke tanah air.

4.    Seting
·      Tempat: Hampir secara keseluruhan cerita ini berlatar tempat di Desa Ngrajek (Kabupaten Nganjuk). Akan diungkap pengarang melalui penceritaan tentang kehidupan warga Ngrajek, adat istiadatnya, tradisi. Dan juga cerita ini juga mengambil latar di negeri Jiran, tepatnya di kota Johor Baru, Kelantan, dan Kuala Lumpur. Bagaimana diceritakan ketika Marni menjelajahi negara tersebut untuk mengadu nasib sebagai TKW.
·      Waktu dan suasana: akan dijelaskan secara konkrit dalam cerita (bakal novel).


    B.     KERANGKA BAB ISI NOVEL
1.       BAB I: Cerita di Balik Kisah
Pada BAB awal ini pengarang mencoba mengambarkan kesuluruhan pokok cerita secara singkat. Dengan mencoba menampilkan karakter tokoh sentral, alur, dan konflik yang akan diulas secara runtut dalam cerita.
Pengarang menyudutkan tokoh Marni berada di dalam sebuah apartemen yang ada di Kuala Lumpur. Si tokoh dalam posisi bergejolak dalam permasalahan. Dari permasalahan yang diungkap Marni melalui bayang pikiranya inilah, kisah mulai berawal.  

2.       BAB II: Pelangi Kecil Kehidupan
Pada BAB ini pengarang menceritakan kisah kehidupan Marni pada tahun 1989. Dari BAB ke dua inilah sebenarnya cerita baru dimulai. Pelangi Kecil Kehidupan ini, menggambarkan bagaimana keadaan keluarga Marni yang sebenarnya. Ada Ibu dan Bapak yang selalu mencintainya, walaupun keluarga ini hidup jauh dari kelayakan, namun keluarga Marni selalu mensyukuri yang ada. Karna bagi mereka hidup tak perlu kemewahan, terpenting ada yang dimakan setiap harinya dan bisa berbagi dengan orang lain. Kemudian cerita dilanjutkan tentang kisah tokoh sentral, ketika usia sekolah dasarnya dan ia berkawan dengan ketiga teman perempuannya yang bernama Ratih, Wulan, dan Utami. Selain itu Marni juga memiliki sahabat akrab yang bernama Galih.
Bersahabat dengan Galih inilah, Marni menemukan sejuta kisah yang layak untuk dikenang selamanya. Mereka berdua kemanapun dan dimanapun selalu bersama, disaat itu gembira ataupun sedih.
    
3.       BAB III: Tayub, Tarian Magis
BAB ketiga ini, cerita diawali dengan kesedihan Marni dan teman-teman sekelasnya ketika beberapa hari ditinggal sosok pahlawan mereka. Sebab orang yang selalu membuat teman-temannya serasa selalu dilindungi dan disemangati. Sosok yang dipuji-puji ini adalah Galih. Sudah dua Minggu Galih tidak masuk ke sekolah, karena sakit typus yang mendera.
Dan inti cerita yang ingin disampaikan pengarang pada BAB ini adalah bagaimana eksistensi budaya Tayub yang menjadi salah satu jenis tarian tradisional yang ada di desa Ngrajek. Tarian ini merupakan satu-satunya hiburan yang paling digandrungi masyarakat di daerah kabupaten Nganjuk. Kemudian cerita dilanjutkan peristiwa prosesi-prosesi yang dilakuan ketika ingin menjadi waranggono (penari tayub) dengan diikuti segala upacara pengukuhan yang serba mistis atau gaib.    

4.       BAB V: Sang Waranggono
Menjadi waranggono memang pilihan Marni sejak kecil. Ia bercita-cita ingin menjadi waranggono sejati dan profesional seperti Emaknya. Marni ingin menjadi idola banyak orang. Selalu dipuja dan puji ketika sedang melenggang bersama bunyi gendang dan slendang.
Namun semua itu apa yang dicita-citakan Marni sejak kecil ternyata hanya sebuah kidung dini. Sebab Emak sejak kelahiran Marni sudah merencanakan bahwa putri satu-satunya ini tidaklah akan dikukuhkan jiwanya untuk menjadi seorang waranggono. Dan ini Marni ketahui pada usia remaja. Walaupun Marni dari kecil sudah dikenalkan bentuk tarian tayub oleh Emaknya. Marni pun mengalami kekecewaan berat kepada sang Emak. 
  
5.       BAB VI: Jadi TKW Sebuah Pilihan
Menjadi seorang TKW adalah penentu bagi masa depan Marni. Ia direlakan oleh kedua orangtuanya untuk mendaftarkan diri demi mengadu nasib di negeri orang. Ketika tawaran ini terlontar, sebenarnya Marni sempat ingin menolak. Sebab menjadi TKW tidak ada dalam daftar impian yang ingin dicapai Marni. Tetapi apalah dikata, jika orangtua sudah merelakan? Ya sudah, Marni menerima dengan hati terpaksa.
Marni dilepas kepergiaanya dengan linangan air mata yang tak terpatri dari pelupuk mata kedua orangtua. Peristiwa sedih ini terjadi di terminal Nganjuk.   

6.       BAB VII: Negeri Jiran, Sambut Aku
Marni tidak menyangka kalau negeri Jiran menjadi sebuah pilihan, diikuti dengan berbagai alasan yang menguatkan.
Ketika dalam perjalanan menuju negeri rantauan, harapan demi harapan sudah terencana baik di benak Marni. Doa dan ikhtiar akan menjadi modal utama Marni saat melaksanakan pekerjaan yang akan dilakukannya.
Sesampai di bandara Marni dipapah oleh pihak agen kerja yang bekerjasama dengan agen kerja Indonesia.
Harap-harap cemas, itulah perasaan Marni sebelum ia berada di tempat kerja. Dan setelah kedatangannya, Marni di tempatkan dalam sebuah penampungan tenaga kerja selama tiga hari. Pada hari terakhirnya itu pula, Marni dapat mengetahui bahwa ia akan dipekerjakan menjadi seorang pembantu rumah tangga di keluarga keturunan ras Cina yang tinggal di Johor Baru.
Tidak ada lima bulan kemudian, Marni pindah kerja ke majikan baru karena adanya permasalahan dengan majikan sebelumnya. Dan di tempat kerja yang baru inilah kehidupan Marni menjadi penuh makna dan kejutan.

7.       BAB VIII: Maestro Tayub
Masa tak ubahnya seperti musim, terkadang menyejukkan tak pula memanaskan. Begitu pula dengan kehidupan Marni di negeri rantauan. Namun di negeri Jiran inilah, ia menemukan sosok yang selama ini patut jadikan panutan olehnya. Tepatnya Marni bertemu dengan sosok Mbah Adul yang dapat memberikan pencerahan bagi hidup Marni. Mbah Adul ini dikenal sebagai laki-laki yang pantas disandangkan sebagai duta budaya. Walaupun keberadaannya sekarang di Negeri Jiran, tetapi di dalam kehidupannya ia tidaklah meninggalkan tradisi yang melekat sejak kecil. Mbah Adul ini adalah pelestari budaya Tayub di negeri Jiran. Sampai-sampai ia mampu mendirikan sanggar seni yang memiliki anak didik berpuluh-puluh orang.
  
8.       BAB IX: Berkiprah di Atas Angin
Perjalanan Marni di negeri rantau, telah berkiprah seperti pelangi bercahaya dikala fajar merekah. Begitu elok dinikmati, karena di negeri Jiran ini Marni dikenal masyarakat sebagai pelestari tari tayub. Masyarakat sendiri sudah mengakui, kalau tarian itu merupakan wujud dari seni yang kaya akan makna seni dan hiburan. Sehingga masyarakat menyambut antusias kehadiran tarian tayub di tengah-tengah persaingan tari modern.

9.       BAB X: Petronas Saksi Cinta Kita
Bisa dibilang di negeri rantauan, Marni bisa dibilang sebagai TKW yang beruntung dan mujur. Setelah hampir tiga tahun keberadaannya di negeri Jiran, status Marni bukanlah lagiseorang TKW. Namun ia diakui sebagai duta tayub bersama Mbah Adul. Kehidupannya sudah bercukupun, karena dari tayublah ia memperoleh banyak uang.
Dan keberuntungan Marni tidak hanya itu, ia juga berkenalan dengan seorang pria tampan yang bernama Asraf. Perkenalan mereka berdua belumlah lama, namun mereka cukup dibilang sebagai sepasang kekasih. Pada akhirnya Asraf memberanikan diri untuk mempersunting Marni, hal ini ia nyatakan di pucuk gedung Petronas. Dan gedung pencakar langit ini menjadi saksi cinta mereka.

10.  BAB XI: Milik Ku, Milik Mu?!
Ternyata keberuntungan tidaklah selalu berbuah kenikmatan dan kebahagiaan, hal ini dialami Marni. Ia mulai merasakan ketertekanan polemik yang membuat dirinya menjadi manusia pendusta dan tak berjiwa nasionalisme. Karena beban batin inilah keadaan Marni menjadi terpuruk.
Satu, dua, tiga, dan beberapa permasalahan lain mendera kedamaian Marni di tanah rantauan. Namun yang paling fatal bagi Marni adalah tindakan orang-orang besar di negiri Jiran ini ketika menawarkan kepada Marni untuk pindah kewarganegaraan dengan jaminan-jaminan kelayakan hidup. Tak lain ini dikarenakan orang-orang besar ini ingin mengakui tari tayub sebagai salah satu budaya asli dari negara mereka.

11.  BAB XII: Rembulan Jatuh di Pangkuan
Kehidupan Marni di negeri rantauan benar-benar tidaklah nyaman lagi, sehingga ia memutuskan untuk pulang ke Tanah Air. Ia rela meninggalkan kehidupan mewah dan kepopulerannya begitu saja, walaupun tidak menjamin ketika di tanah lahirnya ia akan memperolehnya seperti ia raih di tanah rantauan. Tetapi bagi Marni terpenting ia ingin hidup dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.
Dan akhirnya Marni benar-benar meninggalkan negeri Jiran. Ia sampai juga di tanah air, dengan disambut sejuta senyuman dan isak tanggis keluarga tercinta. Yang membuat bahagia lagi bagi Marni, ia dapat melihat dan memeluk Galih.

12.  BAB XIII: Rindu di Atas Batu Nisan
Setiba Marni di tanah kelahirannya, ia dibuat jatuh pingsan dan sakit tak terkira sebab setelah ia mengetahui kalau sang Emak pergi meninggalkan selama-lamanya. Marni tidak menyangka, apalagi tidak ada yang mengkabari dirinya ketika berada di tanah rantau.
Dan rasa rindu Marni kepada Emaknya, hanya terlampias memeluk batu nisan sang Emak. 

13.  BAB XIV: Tiga Cinta, Dua Pilihan
Hari-hari Marni kini hanya melakukan aktivitas apa yang bisa ia jalani di rumah. Dan ia berniat untuk kembali menghidupkan eksistensi tari tayub di desa Ngrajek tercinta. Setelah hampir mati karena tidak ada yang melestarikan, sepeningal Emaknya meninggal dunia.
Marni mencoba mengajak gadis-gadis remaja ataupun ibu-ibu rumah tangga, untuk berlatih tari di sanggar Panji Laras. Dan ini Marni lakukan tidaklah sendiri, namun ia dibantu oleh Galih yang selalu setia memperjuangkan keinginan besar Marni.
Minggu demi minggu telah Marni lewati dengan penuh makna dan kenang. Dan ada sebuah event besar yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Jatim, yaitu event lomba tari tayub seprovinsi. Anak didik Marni mengikuti event penting ini atas izin Bupati kabupaten Nganjuk.
Penyelanggaraan event ini bertempat di taman budaya Jawa Timur, dan beratus-ratus peserta dari berbagai daerah beradu bakat di atas pentas. Marni sendiri datang ke event ini hanya bersama anak didiknya yang akan unjuk diri.
Di event inilah, Marni bertemu dengan orang yang sudah ia kenal dan sempat menjadi pengisi relung hatinya. Tepatnya marni bertemu dengan Asraf, pria tampan yang ia kenal di negeri rantau. Ternyata Asraf sendiri bisa berada di event ini, sebab ia menjadi salah satu dewan juri.
Gejolak cinta Marni membara kembali. Dan ia tidak bisa menentukan, di antara kedua laki-laki yang telah berlabuh di hatinya, yaitu Galih dan Asraf.
Siapakah pilihan Marni? 

Contoh Halaman Persembahan Skripsi




PRAKATA



Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pandangan-Dunia Ayu Sutarto dalam Novel Mengejar Matahari Pagi” dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1)   Drs. Imam Muchtar, S. H., M. Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Jember;
2)   Dr. Sukatman M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni;
3)   Drs. Arief Rijadi M.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;
4)   Dra. Endang Sriwidayati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. M. Rus Andianto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;
5)   Dr. Muji, M.Pd., selaku dosen pembahas dan Drs. Parto, M.Pd., selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan pelajaran hidup sampai terselesainya skripsi ini;
6)   Akhmad Taufiq, S.S., M.Pd., dan Furoidatul Husniah, S.S., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menjadi mahasiswa;
7)   Prof. Dr. Sutarto, M.A., selaku pengarang novel Mengejar Matahari Pagi  yang dijadikan objek penelitian ini;
8)   sahabat setia penulis, Nyonya Diah Ayu N, Awe Wahyudi, Mr. Siswanto, Subhan, Emanuel Setyo Budi, Semroony, Yogi Adi P, Hery Endri, Ach. Rifa’i, Septian Helmi, Rind Filanti, Mbak Dwi NH, Megawati, Yuaida Dwi F, Arini Susana, Reni Titi, Ayu Rosa, Novi Ria, Tyaz Warrda, Cherly Ehem, Indri, dan Novi Cahya yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan mendengarkan keluh kesah penulis selama menyelesaikan skripsi ini;
9)   teman-teman IMABINA 2008 sebagai teman seperjuangan yang tidak akan pernah penulis lupakan, karena dengan bersama kalian penulis mampu mengerti indahnya pertemanan dan kekompakkan untuk berjuang meraih impian;
10)    Pak Samsul, Ibu Erna, dan Mbah Sutira, yang beralamat di jalan Sumatra IV No 84, Sumbersari, senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayang selama penulis merantau di Kota Jember;
11)    Ibu Upik Insyafillah (Rambipuji) dan keluarga yang senantiasa memberikan doa, perhatian, dan dukungan;
12)    dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Jember, Juni 2012
Penulis