Kamis, 03 September 2015

STRUKTURALISME GENETIK: Pandangan-Dunia Ayu Sutarto dalam Novel Mengejar Matahari Pagi


SKRIPSI: Pandangan-Dunia Ayu Sutarto dalam Novel Mengejar Matahari Pagi







BAB 1. PENDAHULUAN


Pada bab ini akan dibahas tentang, (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) definisi operasional.

    1. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan perwujudan pikiran pengarang yang mewakili keadaan masyarakat di mana karya diciptakan. Penciptaan karya sastra tidak bisa lepas dari faktor masyarakat, karena karya sastra ditulis oleh pengarang sebagai anggota masyarakat yang mengambil ide dari peristiwa kehidupan lingkungan sosial yang diamanatkan melalui tokoh-tokoh cerita. Karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan konteks sosial yang penyajiannya disusun secara terstruktur, menarik, serta menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi pengalaman dan pengetahuan pengarang.
Kreativitas pengarang tertuang dalam berbagai genre karya sastra, salah satunya novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang kompleks atau banyak melukiskan tentang fenomena kehidupan. Maslikatin (2007:8) menyatakan novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur tersebut sengaja didegradasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latarnya.
Proses kreatif pengarang tidak akan terlepas dari latar belakangnya, baik sosial budaya maupun sejarah masyarakat. Eksperimen yang dilakukan pengarang terinterpretasi ke dalam kondisi sosial cerita, perilaku seorang tokoh, atau bentuk lainnya yang akan mewarnai isi cerita novel. Novel yang dihasilkan pengarang merupakan bukti nyata dari adanya fenomena kehidupan beserta permasalahannya yang terjadi di lingkungan sosial masyarakat saat novel diciptakan. Faruk (1990:3) menyatakan persepektif sosiologi sastra pada hakikatnya manusia merupakan makhluk problematik. Karena manusia sebagai sumber inspirasi pengarang, sehingga novel yang merupakan produk dari hasil kreativitas cenderung menggambarkan kehidupan tokoh-tokoh yang problematik pula. Sebuah novel yang memiliki tokoh problematik di dalamnya akan relevan jika diteliti berdasarkan kajian strukturalisme genetik. Karena pada hakikatnya melalui tokoh problematik wujud pandangan pengarang terhadap realitas yang terjadi di lingkungan saat penciptaan novel akan dapat diungkap.
Strukturalisme genetik dikemukakan oleh Lucien Goldmann. Goldmann (dalam Ekarini, 2002:76) menyatakan bahwa karya sastra merupakan suatu struktur, tetapi struktur tersebut bukanlah suatu yang statis, melainkan dinamis karena merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung yang dihayati oleh masyarakat di mana karya sastra itu berada. Penjelasan tersebut mencerminkan pengertian istilah genetik, yakni karya sastra mempunyai asal-usul (genetik) didalam proses sejarah suatu masyarakat. Penelitian dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik senantiasa mempertimbangkan hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra, sebab hakikat dari strukturalisme genetik hendak menemukan pandangan dunia pengarang dalam karya sastra melalui penelitian.
Pandangan dunia bagi Goldmann merupakan gagasan, aspirasi, dan perasaan-perasaan yang menghubungkan atau mengikat anggota-anggota suatu kelompok sosial tertentu dalam suatu kesatuan. Hal ini dipahami pandangan dunia terbentuk dari hasil interaksi antara kolektif pengarang dengan situasi di sekitarnya. Menurut Ekarini (2002:79) pandangan dunia sebagai hasil interaksi tidak lahir secara tiba-tiba, melainkan terbangun secara perlahan-lahan dan bertahap. Proses terbentuknya pandangan dunia sebagai kesadaran kolektif pengarang yang mewakili identitas kolektifnya, maka pengarang secara sahih dapat mewakili kelas sosialnya. Pandangan tersebut yang akan dapat menentukan struktur suatu karya sastra. Keterkaitan pandangan dunia pengarang dengan ruang dan waktu tertentu tersebut, dimaksudkan Goldmann sebagai hubungan genetik, karenanya disebut strukturalisme genetik. Dalam artian lain, memahami karya sastra harus dipandang dari asal mula dan proses kejadiannya.
Fananie (2000:118) menyatakan pandangan dunia pengarang terbentuk atas hubungan antara konteks sosial dalam novel dengan konteks sosial kehidupan nyata serta pengaruh latar belakang sosial budaya pengarang dengan novel yang dihasilkan. Konteks sosial dalam karya sastra merupakan keadaan atau situasi yang terjadi di lingkungan kehidupan sosial tokoh. Pengarang menyampaikan aspirasinya berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan kolektifnya. Hal tersebut membuktikan keadaan sosial suatu masyarakat pastinya memiliki latar belakang sosial budaya yang mengikat. Pengarang kemudian merefleksikan semua kejadian yang terjadi di lingkungannya ke dalam karya sastra yang ditulis. Konteks sosial dan latar belakang sosial budaya yang terefleksi dalam karya sastra mencerminkan pandangan dunia pengarang. Pandangan dunia pengarang tidak dapat dipahami secara langsung oleh penikmat karya sastra, akan tetapi memerlukan suatu penelitian, di mana penelitian yang dilakukan secara sahih dapat mengungkap letak atau wujud pandangan dunia yang terefleksi dalam karya sastra. Endraswara (2008:57) menyatakan pandangan dunia bagi Goldmann selalu terbayang dalam karya sastra agung, adalah abstraksi (bukan fakta empiris yang memiliki eksistensi objektif). Abstraksi itu akan mencapai bentuknya yang konkret dalam sastra. Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian pandangan dunia pengarang memerlukan suatu karya yang memiliki cerita utuh yang mencerminkan nilai-nilai sastra.
Analisis pandangan dunia pengarang dalam penelitian ini, akan diungkap melalui aspek konteks sosial yang terefleksi dalam karya sastra serta latar belakang sosial budaya yang tercermin dalam karya sastra. Akan tetapi, sebelum mengkaji kedua aspek tersebut pemahaman struktural merupakan langkah awal dalam menganalisis karya satra. Karena pemahaman pandangan dunia pengarang terbentuk atas struktur karya yang mengikat. Pemahaman struktural dalam penilitian ini hanya dibatasi pada analisis tokoh utama atau tokoh problematik, tema dan latar cerita. Ketiga unsur tersebut yang akan mampu mengekspresikan pandangan dunia pengarang. Pengarang menampilkan pandangan dunia di dalam karya sastra melalui tokoh problematik. Tokoh problematik merupakan tokoh yang memiliki pusat permasalahan terhadap lingkungan sosial cerita serta paling banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain. Melalui tokoh problematik pula, pengarang memberikan solusi atau gagasan terkait penyelesaian permasalahan yang dihadapi tokoh. Dalam penelitian ini pandangan dunia pengarang akan diungkap melalui novel Mengejar Matahari Pagi karangan Ayu Sutarto.
Novel Mengejar Matahari Pagi merupakan karya sastra yang menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat saat novel diciptakan. Keadaan lingkungan sosial tokoh maupun latar belakang sosial budaya masyarakat yang terefleksi dalam cerita. Selain alasan tersebut, novel Mengejar Matahari Pagi memiliki tokoh problematik yang akan memunculkan pandangan dunia pengarang. Tokoh problematik mewakili aspirasi pengarang tentang dunianya beserta permasalahan-permasalahannya pada saat novel diciptakan. Kelebihan yang terdapat pada novel Mengejar Matahari Pagi sesuai penjelasan di atas, dijadikan alasan kuat peneliti untuk memilih novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto sebagai objek penelitian.
Novel Mengejar Matahari Pagi terdapat tokoh problematik yang bernama Bima. Tokoh cerita disebut sebagai tokoh problematik apabila paling banyak terlibat dengan permasalahan yang ada di setiap peristiwa cerita dibandingkan dengan tokoh lain. Atas dasar tersebut Bima diketahui sebagai tokoh problematik. Berikut data yang mendukung.
Marti adalah pekerjaan baru bagi Menur dan aku. kami telah bersepakat bulat untuk menolongnya. Aku akan menghubungi Yati di Jogja dan Menur akan menghubungi sebuah LSM di Surabaya yang bergiat dalam penanganan perempuan koraban tindak kekerasan. Mudah-mudahan upaya ini berhasil.
(MMP: Paragraf ke 1. Surya, Jumat 26 Juli 2002)

Berdasarkan data di atas diketahui, bahwa Bima terlibat menyelesaikan penderitaan gangguan jiwa yang diderita tokoh Marti. Diceritakan Marti adalah siswa sekolah dasar yang menderita gangguan jiwa, akibat paksaan orang tuanya untuk menikah di usia dini. Marti tidak menerima paksaan untuk menikah karena ia bercita-cita untuk melanjutkan sekolah tingkat pertama di Kota Malang. Keberadaan Bima di lingkungan masyarakat Tengger membuat jiwa sosialnya tergugah untuk berperan serta menangani kasus Marti. Ia bersedia mencarikan rumah sakit sekaligus mencarikan donatur yang bersedia menanggung biaya selama pengobatan. Hal tersebut dilakukan Bima, karena ia ingin melihat Marti menjadi sehat kembali dan dapat melanjutkan sekolah demi masa depan yang cerah.
Setelah diketahuinya tokoh problematik dalam novel Mengejar Matahari Pagi, analisis selanjutnya dalam penelitian ini pada bagian aspek konteks sosial yang terefleksi dalam cerita. Konteks sosial yang terdapat dalam novel Mengejar Matahari Pagi adalah keadaan sosial masyarakat Indonesia yang masih memercayai paham budaya agraris di lingkungan masyarakat. Sebagai contoh dalam cerita, bagi masyarakat yang berpaham agraris keperawanan adalah simbol kesucian yang menyangkut harga diri seorang perempuan yang harus dijaga kesuciannya dari perbuatan tercela. Berikut data yang mendukung.
Dalam masyarakat yang masih terkungkung oleh budaya agararis, seperti Indonesia, keperawanan adalah simbol kesucian dan harta yang paling mahal bagi pemiliknya. Keperawanan adalah buah terlarang anugerah Sang Maha Pemurah yang harus dijaga dengan baik, karena sangat menentukan citra pemiliknya.
(MMP: Paragraf ke 2. Surya, Minggu 30 Juni 2002)

Data di atas menjelaskan, dalam pandangan masyarakat yang berpaham agraris keperawanan masih dianggap hal tabu. Keperawanan melambangkan kesucian bagi perempuan yang merupakan anugerah pemberiaan dari Tuhan. Untuk itu kesucian dan kemurniannya harus dijaga karena dapat mencerminkan diri pribadi pemiliknya. Kartasapoetra (1987:101) menyatakan masyarakat agraris memiliki kecenderungan pola pikir yang tertup. Sulit untuk menerima paham baru karena beranggapan memengaruhi perilaku dan dapat merendahkan harga diri. Mereka menjunjung tinggi tradisi yang diwariskan leluhurnya.
Selain unsur konteks sosial, novel Mengejar Matahari Pagi terdapat latar belakang sosial budaya yang melatarbelakngi jalannya cerita. Sosial budaya yang dimiliki suku Tengger digambarkan Ayu Sutarto melalui penceritaan tokoh Bima yang berada di tanah Tengger untuk melakukan riset data penelitian budaya. Salah satu tradisi yang dimiliki suku Tengger diungkap pengarang secara imajinatif yakni prosesi perayaan hari raya Karo yang masih dianut kuat oleh masyarakat Tengger.
Hari ini seluruh warga Tengger bersuka cita merayakan perayaan Karo. Anak-anak kecil tertawa-tawa sambil sekali-kali memamerkan baju barunya. Ibu-ibu sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk berbagai upacara, dan bapak-bapak sibuk mempersiapkan ruangan untuk berbagai acara di balai desa. Bagi orang Tengger, perayaan Karo atau hari raya Karo adalah hari yang ditunggu-tunggu.
(MMP: Paragraf ke 13. Surya, Jumat 12 Juli 2002)
Berdasarkan data di atas diketahui, perayaan hari raya Karo adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tengger. Masyarakat akan bersuka cita merayakan hari besar tersebut yang diperingati setiap setahun sekali. Pada hari tersebut masyarakat begitu sibuk dengan kegiatannnya masing-masing untuk mempersiapkan segala hal keperluan perayaan. Ibu-ibu akan sibuk di dapur sedangkan kaum laki-laki sibuk mempersiapkan ruangan untuk berbagai acara di balai desa. Menurut Dade Angga (www.pasuruankab.go.id, diakses pada tanggal 8 April 2012) hari raya Karo bagi masyarakat Tengger di Gunung Bromo adalah sebuah penghormatan kepada leluhur asal muasal (cikal bakal) suku Tengger yakni Giri Kusuma dengan Ni Buring Wulanjar. Ketika perayaan, biasanya warga Tengger selama satu minggu penuh merayakan acara tersebut dengan bersilaturahmi antar keluarga atau tetangga serta diikuti acara makan-makan dengan menyembelih hewan ternak seperti ayam, kambing, sapi atau babi.
Mengejar Matahari Pagi di dalamnya terdapat pandangan Ayu Sutarto tentang masyarakatnya, yang diinterpretasikan melalui permasalahan yang dialami tokoh Bima dan tokoh lainnya. Pengarang menyampaikan gagasan atau pandangan yang terefleksi dalam cerita sebagai pemberian solusi dalam menyikapi setiap permasalahan-permasalahan yang ada dialami tokoh cerita. Permasalahan yang terjadi di lingkungan sosial tokoh problematik novel Mengejar Matahari Pagi, sebagai contoh permasalahan esensi keperawanan di lingkungan sosial masyarakat agraris seperti yang diketahui pada penjelasan aspek konteks sosial di atas.
Novel Mengejar Matahari Pagi adalah novel kedua dari novel trilogi Dua Hati Menuju Matahari dan Matahariku Mutiaraku karangan Ayu Sutarto. Novel Mengejar Matahari Pagi diciptakan pada tahun 2002, dan dipublikasikan oleh pengarang secara bersambung di harian Koran Surya, Surabaya, mulai tanggal 30 Juni 2002 sampai dengan 8 Agustus 2002.
Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan kajian strukturalisme genetik, yakni penelitian pertama dilakukan oleh Tiik Maslikatin yang berjudul Belenggu Karya Armijn Pane: Kajian Strukturalisme Genetik (Fakultas Sastra, Universitas Jember. 1999). Penelitian ini mengkaji kekoherensian unsur-unsur yang membangun dalam novel Belenggu, mendeskripsikan homologi antara struktur karya sastra dengan masyarakat, dan mendeskripsikan pandangan dunia Armijn Pane. Penelitian kedua dilakukan oleh Sulung Lukman C yang berjudul, Analisis Strukturalisme Genetik Novel Saman Karya Ayu Utami (Fakultas Sastra, Universitas Jember. 2003). Penilitian ini mendeskripsikan, latar belakang sosial budaya novel Saman, tokoh problematik, dan relasi tokoh dengan dunia sekitarnya. Penelitian ketiga dilakukan oleh Lina Puspita Yuniati dengan judul penelitian, Pandangan Dunia Pengarang dalam Novel Saman Karya Ayu Utami (Fakultas Bahasa dan Seni, Unnes. 2005). Penelitian ini mendeskripsikan, struktur novel, lingkungan sosial Ayu Utami, dan lingkungan sosial novel Saman.
Letak kesamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya yang telah dijelaskan di atas dengan penelitian ini, memiliki kesamaan pendekatan teori yang digunakan dalam mengungkap pandangan dunia pengarang, yakni melalui pendekatan teori strukturalisme genetik. Letak perbedaan pada pengungkapan pandangan dunia pengarang yang dikaji dalam penelitian ini berbeda dengan ketiga penelitian di atas. Penelitian ini mendasarkan pendapat Fananie (2000:118) yang menyatakan pandangan dunia pengarang terbentuk atas dua aspek, yakni konteks sosial yang terefleksi dalam novel dan berdasarkan latar belakang sosial budaya yang terefleksi dalam karya sastra. Hal tersebut yang menunjukkan titik perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian yang sudah dilakukan.
Penelitian strukturalisme genetik pada novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan. Penelitian ini akan mengungkap pandangan dunia Ayu Sutarto dalam novel Mengejar Matahari Pagi dengan terlebih dahulu melakukan analisis struktur novel, kemudian mengkaji konteks sosial, latar belakang sosial budaya, dan pandangan pengarang yang terefleksi dalam novel.
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka tepat judul penelitian ini adalah, “Pandangan-Dunia Ayu Sutarto dalam Novel Mengejar Matahari Pagi.

    1. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini dapat diketahui sebagai berikut.
  1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang mengekspresikan pandangan dunia pengarang dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto?
  2. Bagaimanakah konteks sosial yang terefleksi dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto?
  3. Bagaimanakah latar belakang sosial budaya yang terefleksi dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto?
  4. Bagaimanakah pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto?

    1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.
  1. Unsur intrinsik yang mengekspresikan pandangan dunia pengarang dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto.
  2. Konteks sosial yang terefleksi dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto.
  3. Latar belakang sosial budaya yang terefleksi dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto.
  4. Pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam novel Mengejar Matahari Pagi karya Ayu Sutarto.

    1. Manfaat Penelitian
  1. Bagi mahasiswa FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai bidang ilmu kesusastraan, khususnya ilmu tentang kajian pandangan dunia pengarang dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dalam karya sastra.
  2. Bagi guru ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra kepada peserta didik.
  3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi dan pengetahuan tentang kajian strukturalisme genetik dalam karya sastra yang melakukan penelitian serupa dalam bentuk karya sastra lain.

    1. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk memberikan batasan pengertian terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Pembatasan ini dilakukan untuk tidak menimbulkan persepsi lain terhadap teori yang digunakan. Istilah-istilah yang didefinisikan dalam penelitian ini dapat diketahui sebagai berikut.
  1. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra. Analisis unsur intrinsik dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada kajian tokoh uatama, tema, dan latar cerita yang merefleksikan pandangan dunia pengarang.
  2. Pandangan dunia pengarang merupakan keseluruhan gagasan, aspirasi, dan perasaan pengarang terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Hal tersebut berkaitan tentang mengungkap bagaimana cara pengarang menyuarakan reaksinya terhadap fenomena kehidupan masyarakat (tokoh), dan juga cara berpikir pengarang mengeluarkan gagasan atau solusinya terhadap menyikapi permasalahan-permasalahan yang terjadi.
  3. Konteks sosial novel merupakan situasi atau keadaan sosial beserta permasalahannya yang terjadi di lingkungan kehidupan tokoh cerita. Sebagai contoh, keadaan tokoh pada masa kuliah, kondisi pekerjaan, perekonomian, kisah percintaan tokoh, bahkan keadaan rumah tangga.
  4. Latar belakang sosial budaya merupakan sosial budaya apa saja yang melatarbelakangi cerita. Analisis latar belakang sosial budaya dalam penelitian ini, meninjau dari latar belakang yang ada dalam teks sastra dan juga latar belakang pengarang.
  5. Novel Mengejar Matahari Pagi merupakan novel kedua dari novel trilogi Dua Hati Menuju Matahari dan Matahariku Mutiaraku karangan Ayu Sutarto. Novel Mengejar Matahari Pagi diciptakan pada tahun 2002, kemudian dipublikasikan oleh pengarang secara bersambung di harian Koran Surya Surabaya, mulai tanggal 30 Juni 2002 sampai dengan 8 Agustus 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar