Rabu, 10 November 2010

TEORI BELAJAR BAHASA

TEORI BELAJAR BAHASA


Oleh Kelompok 9:

1. MOH. BADRUS SOLICHIN (080210402002)
2. YUAIDA DWI FATMAWATI (080210402017)
3. ACHMAD WAHYUDI (080210402023)
4. ITA NUR ANDRIANA (080210402052)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010
1. Pendahuluan
Pada dasarnya setiap pengajaran bahasa bertujuan agar siswa mempunyai keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa meliputi terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Jadi, secara singkat keterampilan berbahasa itu mencakup empat segi yang keempat-empatnya saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisah dengan sekat yang jelas.
Keempat keterampilan tersebut digunakan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Komunikasi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa ini diperoleh dengan menguasai empat keterampilan berbahasa. Salah satunya adalah melalui metode membaca. Membaca merupakan suatu kegiatan memahami teks bacaan dalam rangka memperoleh informasi atau pesan yang terkandung di dalam bacaan.
Menjelang tahun 1920-an, penggunaan metode membaca banyak mengalami refisi yang di pelopori oleh para pendidik Ingris dan Amerika. Salah satu pelopornya adalah West (1926), yang mengajar bahasa Ingris di India berpendapat bahwa belajar membaca jauh lebih penting dari pada orang India yang belajar bahasa Ingris ketimbang berbicara. West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan hanya karena dia menganggap hal itu sebagai keterampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh oleh bahasa asing, tetapi itulah yang paling mudah, suatu keterampilan dengan nialai tamabah yang paling besar bagi siswa yang paling mudah pada tahap- tahap awal siswa mempelajari bahasa.
Metode membaca pada tahun 1929-an di sekolah- sekolah menengah maupun di perguruan tinggi di Amerika Serikat mulai digunakan. Tujuannya adalah untuk memberi pelajar atau mahasiswa kemampuan untuk memahami teks ilmiah yang mereka keluhkan dalam studi mereka. Metode membaca inilah yang kemudian terus digunakan dan dikembangkan hingga saat ini.
2. Tujuan dan Teknik
Tujuan dan teknik membaca secara tegas hanya untuk melatih para siswa dalam membaca pemahaman. Metode membaca merupakan suatu teoari pengajaran bahasa yang secara tegas membatasi tujuan pengajaran bahasa pada salah satu kegunaan praktis yang dapat dicapai. Metode membaca yang sekaligus merupakan ciri utamanya adalah sebagai berikut:
1. pemisahan fase aktif dan fase pasif pembelajaran bahasa
2. pendekatan analasis tata bahasa bagi tujuan membaca pemahaman
3. penekanan pada pengalaman menbaca intensif dan ekstensif
4. penundaan pelatihan berbicara dan menulis
5. perhatian kontinyu terhadap kata-kata lisan
6. perhatian terhadap pembelajar secara individual
Teknik-teknik yang dipakai dalam metode membaca tidaklah berbeda secara radikal dari teknik-teknik yang dikembangkan dalam metode-metode terdahulu:
1. penggunaan B1 tidak dilarang
2. penggunaan B2 diadakan secara lisan
3. ucapan dan inti ujaran sangat penting
4. beberapa teknik terampil dari pengajaran membaca bahasa asing
5. control kosakata dalam bacaan sangat penting
6. control kosakata merupakan pembeda membaca intensif dan ekstensif

3. Asumsi Teoritis
Metode membaca mempunyai dasar pragmatic yang kuat. Asumsi-asumsi educationalnya sam dengan kurikulum sekolah Amerika tahun 1920-an, misalnya menyesuaikan kegiatan-kegiatan pendidikan kepada penggunaan-penggunaan praktis yang sudah ditetapkan atau ditentukan. Dengan perkataan lain, dengan metode ini diharapkan agar para siswa mempunyai keterampilan berpragmatik. Kita harus menyadari benar-benar jika ada 7 faktor penentu dalam berkomunikasi dengan bahasa yaitu:
1. siapa yang berbahasa dengan siapa
2. utnuk tujuan apa
3. dalam situasi apa atau tempat dan waktu
4. dalam konteks apa
5. dengan jalur mana lisan atau tulisan
6. media apa
7. dalam peristiwa apa
Orientasi belajar mengajar bahas berdasarkan tugas dan funsi berkomunikasi ini disebut pendekatan komunikatif. Dalam pendekatan komunikatif ini bentuk bahasa (kata, kalimat, ragam bahasa) yang dipakai selalu dikaitkan dengan factor-faktor penentu di atas. Kemampuan berbahasa yang demikian yaitu yang dapat menyesuaikan bentuk bahasa dengan factor-faktor penentu, disebut keterampila berpragmatik. Ilmu yang mengkaji hubungan bahasa (ragam dan bentuk bahasa) dengan faktor-faktor itu disebut ilmu pragmatik.
Metode pembaca timbul dari pertimbangan-pertimbangan pendidikan praktis. Hal ini sejalan denga teori eamerika tahun 1920-an. Metode itu memperkeranalkan kedalam pembelajaran bahasa beberapa elemen baru yang penting yaitu;
a) a.kemungkinan menemukan tehnik-tehnik pembelajaran bahasa yang sesuai dengan tujuan –tujuan tertentu. Dalam hal ini tujuan membaca .
b) b.pengaplikasian pengawasan kosakata pada teks-teks sebagai sarana penahapan teks-teks yang lebih baik.
c) c.penciptaan atau kreasi yang bertingkat
d) d. sehubungan dan sebagai jasa pengawasan kosa kata pengenalan dengan tehnik-tehnik membaca bagi kelas bahasa asing.

4. Kesimpulan
Metode pembelajaran direncanakan bagi sekolah-sekolah yang tujuan satu-satunya adalah untuk memperoleh pengetahuan memebaca mengenai bahasa. Teks dibagi menjadi seksi-seksi atau bagian –bagian pendek. Yang masing-masing didahului oleh suatu daftar kata yang akan di ajarkan melalui konteks trrjemahan atau gambar-gambar. Setelah suatu tahap atau disingkat kosa kata tercapai maka bacaan –bacaan tambahan dalam bentuk cerita atau novel yang di sederhanakanpun diperkenalkan untuk memudahkan sang pembelajar untuk menggabungkan atau mengkosolidasikan kosakatanya.






Daftar Pustaka


Guntur tarigan, henry.1991.metodologi pengajaran bahasa 2 .Bandung: penerbit Angkasa.
Utari subyakto,sri.1993.metodologi pengajaran bahasa. Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar