NAMA: MOH. BADRUS SOLICHIN
NIM: 080210402002
TUGAS RESUM
PERAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM IPTEK DAN IPTAK
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kegiatan keagamaan.
A. BAHASA INDONESIA DALAM ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Bahasa indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk kepentingan nasional kita. Dalam karya sastra terdapat pengetahuan dan nilai-nilai spiritual kultural, maka di dalam buku-buku ilmu pengetahuan terdapat ilmu penegtahuan dan teknologi dari berbagai disiplin ilmu. Hanya dnegan bahasanya kita dapat menguasai ilmu tersebut.
Ilmu pengetahuan di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan Inggris. Perkembangan bahasa Inggris seimbang dengan perkembangan ilmu penegtahuannya. Hal tersebut disebabkan buku-buku yang dipergunakan untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi menggunakan bahasa Inggris. Keadaan tersebut tidak sebaik pada bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia selalu ketinggalan, perkembangannya tak selaju perkembangan budaya bangsanya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu penegtahuan.
Bagi bangsa Indonesia, sebagai besar ilmu pengetahuan masih asing. Untuk itu, bangsa Indonesia perlu membiasakan sikap ilmiah dengan cara melengkapi buku-buku ilmiah sebagai salah satu syarat. Menurut Amran Halim (dalam Bakry, 1981: 179) kesalahan tersebut bukan disebabkan kemiskinan bahasa. Artinya, hal tersebut bukan disebabkan oleh ketidakmampuan bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan, tetapi karena kekurangan bahsa Indoenasia dalam hal peristilahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usaha lain yang harus dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan cara kita harus menerjemahkan semua buku ilmu pengetahuan di dunia ini ke dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya informasi ilmiah dalam bahasa Indoenasi itu, pasti akan ada kemajuan pesat di bidang ilmu penegtahuan yang berarti meningkatkan mutu bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah. Berarti pula bahasa Indonesia mampu duduk sejajar dengan bahasa-bahasa modern lain, sejajar dengan bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.
B. BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN
Dewasa ini bahasa Indonesia banyak dipergunakan dalam aktivitas keagamaan sebagai alat/sarana komunikasi untuk menginformasikan pesan-pesan keagamaan kepada masyarakat. Dengan bahasa, apa lagi agama Budha dipelajari dan disebarkan dari ibu kota Sriwijaya kalau tidak dengan bahasa wilayah itu juga, bahasa Indonesia, bahasa Melayu, bahasa Sriwijaya. Setelah agama Islam masuk wilayah Asia Tenggara, tak dapat diragukan lagi bahwa bahasa Melayu juga ikut memegang pearanan penting untuk penyebarannya agama ke daerah-daerah yang jauh.
Demikian pula dengan bahasa portugis, bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia, dalam usaha perdaagangan dan misinya menyebarkan agama di Kepulauan Maluku, juga menggunakan bahasa Melayu bukan bahasa Portugis dan pula bahasa setempat sebagai bahasa pengantar. Atas dasar itu, kiranya tidak sa;lah bila disimpulkan bahwa sudah sejak dulu bahasa Indonesia atau bahasa Melayu menjadi bahas pengantar bagi penyebaran agama di wilayah Indonesia dan bahkan di wilayah Asia Tenggara.
C. BAHASA INDONESIA DALAM KOMUNIKASI KEAGAMAAN
Kegiatan keagamaan yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi juga sudah ada sejak lama sekali. Adanya mantra-mantra yang sampai sekarang masih dikenal orang, menunjukkan bukti kegiatan itu. Para ahli berpendapat bahwa mantra-mantra itu sudah ada sejak sebelum agama Islam dating ke aiandonesia, bahkan sebelum agama Hindu dan Budha. Mantra-mantra itu diajarakan oleh guru kepada murid, oleh generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Tentu saja semuanya masih serba lisan sebab lisan sebab tulisan pada saat itu belum dikenal.
Hal itu menjadi salah satu bukti bahwa pada saat itu bahasa Indonesia dipakai sebagai sarana komunikasi keagamaan. Jika komunikasi keagamaan tersebut dapat juga ditafsirkan bukan hanya komunikasi dari manusia kepada Tuhan, dan sebaiknya, tetapi juga dari manusia kepada manusia kepada manusia sepanjang masih dalam rangka kegiatan keagamaan, maka saat tersebut juga dapat menjadi buktinya. Kira-kira pada permulaan tarikh Masehi datanglah agama Hindu dan Budha dari India. Di tanah aslinya bahasa yang digunakan dalam komunikasi untuk kedua agama itu ialah bahasa Sansakerta untuk agama Hindu dan bahasa Pali untuk agama Budha. Untuk penyebarannya ke daerah lain, bantuan bahasa setempat sangatlah diperlukan.
I Tsing seorang musafir Cina, yang juga penulis, berkunjung ke Sriwijaya pada abad ketujuh mengatakan bahwa bahasa Kwunlun (K’un-lun) adalah bahasa agama Budha yang penting di kawasan Asia Tenggara. Apa yang dimaksud dengan bahasa Kwunlun oleh I Tsing tidak lain adalah bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Bahasa negara Sriwijaya adalah bahasa Indonesia atau bahasa Melayu, dengan sendirinya bahasa itu memberikan sumbangan yang besar dalam penyiaran agama itu ke daerah – daerah lain. Selanjutnya, ketika agama Islam dating ke kawasan Asia Tenggara, bahasa setempat pertama – tama berkenalan dengan agama itu adalah bahasa Indonesia juga. Dari Kerajaan Samudra, agama Islam kemudian berkembang ke Malaka dan dari Malaka itulah kemudian Islam berkembang ke wiayah Indonesia lainnya. Memang dalam perkembangannya kemudian, bahasa Indonesia bukan merupakan bahasa yang tunggal untuk penyiaran agama Islam di Indonesia sebab ada pula bahasa Jawa yang dipakai di Pulau Jawa untuk orang – orang yang berbahasa Jawa, Sunda, Madura, serta bahasa Bugis dan Makasar untuk penduduk di wilayah timur. Walaupun demikian bahasa Indonesia tetap memegang peranan yang terpenting.
Betapa pun pentingnya peranan bahasa Indonesia untuk sarana komunikasi keagamaan dapat dibuktikan dari perbandingan jumlah kata pinjaman dari kedua bahasa agama itu, bahasa Sansekerta dan bahasa Arab.
Ketika dating agama Kristen, baik Katolik maupun Protestan yang dibawa oleh orang Eropa, bahasa Indonesia juga menjadi bahasa pembuka jalan untuk penyiarannya ke wilayah Indonesia lainnya. Kitab Injil dalam bahasa setempat yang pertama terbit juga dalam bahasa Indonesia.
Demikian juga halnya, banyak tempat ibadah yang dalam waktu – waktu yang lalu hanya menyelenggarakan khotbah – khotbahnya dalam bahasa daerah atau bahasa lainnya, sekarang sudah menggunakan bahasa Indonesia. Juga lembaga pendidikan keagamaan tradisional, yaitu pondok pesantren yang dulu hanya menggunakan ahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan bahasa pergaulan, sekarang sudah banyak yang menggunakan bahasa Indonesia. Buku – buku keagamaan dalam bahasa Indonesia juga makin banyak yang diterbitkan, termasuk penerjemah kitab – kitab suci. Pengarangnya menginginkan agar buku – bukunya dibaca oleh sebanyak – banyaknya orang. Itu hanya dapat dicapai kalau buku – buku yang diterbitkan dituls dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah atau bahasa asing.
Menurut catatan, dari sekian jumlah penerbitan akhir – akhir ini sebagian besar merupakan buku – buku agama (terutama Islam). Ini mempunyai arti bahwa penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keagamaan akan meningkat sesuai dengan perkembangan dan kemajuan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar