Senin, 09 Agustus 2010

MENGANALISIS KATA, DALAM JUDUL DAN ISI NOVEL AYAT-AYAT CINTA BERDASARKAN KORIDOR BAHASA YANG DIGUNAKAN

MENGANALISIS KATA, DALAM JUDUL DAN ISI NOVEL AYAT-AYAT CINTA BERDASARKAN KORIDOR BAHASA YANG DIGUNAKAN


TUGAS MATA KULIAH BAHASA BANTU


Oleh
Moh. Badrus Solichin
NIM : 080210402002


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2008/2009


Menganalisis Kata dalam Judul & Isi Novel Ayat-Ayat Cinta Berdasarkan Koridor Bahasa Yang Digunakan.

Ayat-ayat cinta, adalah sebuah judul novel Best Seller karya Habiburrahman El Shirazy, yang buming di pasaran di awal tahun 2005. Novel yang begitu laris dan diminati di kalangan pembaca, baik kalangan lokal maupun interlokal. Mengangkat cerita kehidupan mahasiswa Indonesia di Universitas tertua di dunia, atau yang dikenal Al- Azhar dengan kisah percintaan yang bersettingkan budaya Timur Tengah dan sempat novel tersebut diangkat ke layar lebar oleh salah satu rumah produksi film di Indonesia.
Tetapi disini saya berniat tidak membahas panjang lebar mengenai isi novel tersebut, melainkan saya akan menganalisis kata yang berdasarkan koridor bahasa yang digunakan penagrang dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Pada judul atau isi novel tersebut, judul novel Aytat-ayat Cinta terdiri dari dua morfem : yaitu morfem reduplikasi utuh “Ayat-ayat” dan morfem bebas “cinta”. Berikut saya kaji secara detail dua kata tersebut :


1.Ayat
Kata “Ayat” banyak digunakan orang dalam mengidentifikasi kalimat yang ada di dalam kitab suci atau juga digunakan dalam mengidentifikasi isi kalimat-kalimat yang ada pada pasal dalam undang-undang. Penggunaan kata “Ayat” dalam Al-Qur’an, misalnya dalam menyebut surat Al-Baqarah “ayat” 13.. Kata “ayat” sendiri dilafalkan orang dengan pemenggalan struktur kata (A – yat), dan “Ayat” terdiri dari dua suku kata “(A) + (yat)” dan “((A) →vokal) dan ((-yat) →KVK)” (Ilmu Fonologi : Nazir Tohir dan I Wayan)
“Ayat”, merupakan kata serapan dari bahasa Arab ( ) yang artinya “tanda” (K. Arab – Indonesia : 2000). Orang Arab sendiri mengenal kata “Ayat” sejak para Rasul mengenalkan kitab suci yang berisi surat-surat Allah beserta beribu ratus “ayat-ayat” di dalamnya. Kitab yang menjadi pegangan dan tuntunan hidup umat muslim.
Sedangkan dalam tataran bahasa Indonesia, kata “Ayat” memiliki arti “alamat atau tanda” dan juga diartikan “beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian surat dalam kitab suci Al-Qur’an”. (KBBI, BP; Jakarta 2005). Masyarakat Indonesia berasumsi, bahwa kata ayat hanya memiliki hubungan dengan suatu benda, baik benda berupa buku maupun Al-Kitab.
Negara Indonesia sudah memiliki bahasa nasional bahasa Indonesia, tetapi bahasa Indonesia memiliki anak cabang suku, budaya daerah yang pastinya memiliki ciri khas bahasa tersendiri. Dan sebaliknya kata “Ayat” di berbagai suku bahasa daerah dikenal dan memiliki makna dan arti sama, yaitu memiliki arti “tanda atau makna”, baik di dalam etnis bahasa Jawa, Madura, Sunda dan suku bangsa lainny, pelafalannya pun tetap “(A – yat)”.
Kata “Ayat” memiliki struktur dinamis, dalam artian bahwa kata “ayat” tidak mengalami perubahan Fonologis dan Linguistis di dalam tataran bahasa Indonesia maupun daerah. . Walaupun jika kata “Ayat” mengalami proses morfofonemik dengan ditambahkannya imbuhan-imbuhan, kata “Ayat” memiliki makna tetap dan tidak jauh beda pengertiannya dengan makna kata dasar. Misalnya kata “ayatullah, yang artinya ”memiliki tanda-tanda kebesaran dan kekuatan Allah”. (KBBI, BP; Jakarta 2005).



2.Cinta

Kata “Cinta” adalah satu kata yang selalu menarik untuk dibahas dan mungkin “Cinta” adalah satu hal yang takkan pernah habis untuk dibicarakan. Tak kurang sudah ratusan bahkan ribuan judul novel, lagu dan film dan mengangkat tema cinta, misalnya “Ayat-ayat Cinta”. Dan masih banyak lagi judul “cinta” lainnya. Kenapa demikian? Karena kurangnya pengertian akan konsep Nirwana sebagai suatu kondisi batin yang bebas dari nafsu, serakah, benci, dan kebodohan batin. Permasalahan seperti itu disebabkan, karena manusia tidak tau makna yang sebenarnya arti “cinta”. Pengarang novel “Ayat-ayat Cinta” pun menggunakan dua kata (Ayat-ayat) dan (kata Cinta). Kenapa ayat dikaitkan dengan kata cinta? Padahal kata ayat pasti berhubungan dengan suatu kitab, sedangkan kata cinta bermakna kasih sayang. Alasan penulis memilih kata cinta, karena dalam novel ayat-ayat cinta, cinta diartikan pengarang bahwa cinta tersebut menggambarkan rasa kasih sayang yang tulus kepada sang pencipta, karena atas rasa cintaNya kita diberi kenikmatan hidup ini. (Habiburrahman El Shirayz)
Yang menarik, timbullah pertanyaan, dari bahasa apakah kata “cinta” berasal? Banyak kaum muda mengartikan kalau kata cinta dikenal sejak terjadinya peristiwa “Valentine Day”. (www.muda.com), sedangkan peristiwa Valentine terjadi di negara Romawi sekitar tahun 496 M (Artikel, tim ISMUBA : 2007). Kalau memang benar cinta mulai dikenal sejak terjadinya peristiwa “Valentine Day”. Berarti kata cinta yang kita kenal dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Romawi !!
Di dalam bahasa Sansakerta, memang tidak kita temui kalau cinta berasal dari kata sansakerta. Tetapi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata cinta memiliki arti “suka sekali, kasih sekali, dan ingin sekali”, contohnya : “orang tuaku sangat cinta kepada kami”. Dan di dalam kamus KBBI juga dijelaskan bentuk perubahan kata “Cinta” dalam proses berimbuhan, misalnya “bercinta”, artinya : menaruh rasa cinta, sedangkan “bercintakan”, artinya kasih saying keapda”. “mencintai” artinya : menaruh rasa kasih sayang. (KBBI, Balai Pustaka : Jakarta 2005).
Dalam bahasa Pali (Budha), juga ditemukan beberapa istilah “cinta”, seperti : Piya, Pema, Rati, Kama, Tanha (jawa tresno), ruci dan sneha, yang memiliki arti rasa sayang, kesenangan, cinta kasih sayang, kesukaan, nafsu indera (birahi). (www.bahasapali.com) sedangkan dalam bahasa Jawa kata “cinta” dikenal dalam bahasa jawa “tresno”. Dalam kamus bahasa jawa kuno, kata “tresno” diartikan : pikiran, kecemasan contohnya, “witing tresno jalaran soko kulino”. (P.J. Zoet Mulder : Gramedia 1995)

3.Jadwal
Sering kita dengar, banyak orang mengatakan kata “jadual” lebih baku dari pada kata “jadwal”. Misalnya seorang guru menuliskan daftar pelajaran di tulis dengan menggunakan ejaan huruf “j-a-d-u-a-l”, bukan dengan ejaan huruf j-a-d-w-a-l”. penulisan tersebut tidak hanya digunakan oleh pengajar, pembuat kalender pun menuliskan dengan ejaan “j-a-d-u-a-l”. Jika teliti kelsalahan dan kesalahan dan kebenaran kata tersebut, maka kira-kira manakah penulisan kata yang paling benar?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang menjadi rujukan umum pengguna bahasa Indonesia. Disitu dijelaskan bahwa “Jadwal” lebih baku dari “jadual”. Diartikan kata “jadwal”, yaitu pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja: daftar/tabel kegiatan/rencana kegiatan pembagian waktu dan pelaksanaan. Dan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, juga dijelaskan perubahan bentuk dari kata “jadwal” yang menjadi “menjadwalkan” : menetapkan jadwal, “terjadwal” : sudah dijadwalkan. Contohnya, “Pesawat Garuda RI sudah terjadwal tiba di Surabaya jam 14.00.” (KBBI, Balai Pustaka ; Jakarta 2005)
Kata “Jadwal” sendiri, merupakan kata serapan dari bahasa Melayu “jadual”, yang memiliki arti “susunan acara atau perkara-perkara yang diatur mengikuti masa yang ditentukan.” (Kamus Bahasa Melayu Nusantara).
Penggunaan kata “jadwal” dalam novel “Ayat-ayat Cinta”, pengarang mengartikan kata “jadwal”, yang sebenarnya menggambarkan bahwa tujuan dan cita-cita salah satu tokoh, yan harus menjadi kunci apa yang dijalankan dan harus digapainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar