Senin, 09 Agustus 2010

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERCERITA

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERCERITA

(Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Teori Belajar Bahasa)

Oleh:

MOH. BADRUS SOLICHIN (080210402002)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010
Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan
Metode Bercerita

1.Hakikat Belajar Bahasa
Di dalam kurikulum pembelajaran KTSP dinyatakan bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa siapa pun yang mempelajari suatu bahasa pada hakikatnya sedang belajar berkomunikasi. Thompson (2003:1) menyatakan bahwa komunikasi merupakan fitur mendasar dari kehidupan sosial dan bahasa merupakan komponen utamanya. Pernyataan tersebut menyaratkan bahwa kegiatan berkomunikasi tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan berbahasa. Oleh sebab itu, para linguis terapan (khususnya dalam bidang pengajaran dan pembelajaran bahasa) selalu berupaya untuk melahirkan pikiran-pikiran barunya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa sehingga para siswa mampu menunjukkan kinerjanya dalam berbahasa.
Dunia pembelajaran bahasa, pendekatan komunikatif telah berkembang sejak tahun 1970-an di berbagai belahan dunia (Periksa Burns and Joyce, 1999:49). Pelahiran pendekatan tersebut dipicu kurang berhasilnya metode Tatabahasa dan Terjamahan (Grammar and Translation Method) meningkatkan prestasi belajar. Pikiran baru tersebut menghasilkan metode Langsung (Direct Method) untuk digunakan para guru dalam pembelajaran bahasa.  Selain untuk berkomunikasi, pembelajaran bahasa juga ditujukan untuk menumbuhkan kebanggaan dalam berbahasa. Berikut uraian tentang hakikat belajar bahasa:
bahasa merupakan media pengembangan dan pertukaran gagasan. Pengalaman itu harus mendorong interaksi antara siswa dan orang lain, yang tentunya menekankan tujuan komunikasi, penataan gagasan yang logis, dan kesensitifan terhadap reaksi pendengar atau pembaca.
bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan sosial yang mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan tingkah laku. Oleh karena itu, siswa diajarkan pentingnya tanggung jawab sosial dan integritas pribadi dalam penggunaan bahasa.
bahasa dalam bentuk tertulis merupakan catatan pikiran manusia sepanjang zaman yang dapat memperkenalkan setiap anak kepada karya-karya sastra sehingga dapat menumbuhkan apresiasi keindahan bahasa sebagai media komunikasi. Oleh karena itu, program pengajaran bahasa melengkapi siswa dengan pengalaman dalam prosa dan puisi untuk menumbuhkembangkan pemahamannya terhadap masalah manusia dan seperangkat nilai pribadi.

2.Definisi Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu semakin jauh dari penguasaan.
Berdasakan ilmu bahasa pengertian berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Uraian yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (1997 : 13), yakni mereka berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Dua pengertian di atas pada dasarnya sama saja, yakni berbicara merupakan keterampilan atau kemampuan untuk menyampaikan pesan berupa pikiran, gagasan dan perasaan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Di dalam lingkungan pendidikan, para siswa dituntut terampil berbicara dalam proses pembelajaran. Para siswa harus mampu mengutarakan gagasannya. Mereka juga harus dapat menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan dengan baik selama pembelajaran berlangsung. Ketika melaksakan diskusi, para siswa dituntut terampil mengemukakan pendapat,
mempertahankan pendapat, menyanggah pendapat siswa lain, atau mempengaruhi siswa lain agar mengikuti alur pemikirannya.

3.Metode Bercerita
Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan dalm pembelajaran. Sedangkan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang suatu (ide) pengalaman. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pengertian metode bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa siswa melalui pendengaran, kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih ketrampilan siswa dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
            Pada kurikulum 1994, metode bercerita dinyatakan sebagai salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Metode bercerita didefinisikan sebagai cara memberikan penerangan atau bertutur dan menyampaikan cerita secara lisan. Menyebabkan siswa sangat menyukai cerita atau dongeng, sehingga bentuk metode cerita sangat cocok untuk mengajarkan moral pada anak.  
Menurut Masitoh (2008: 103), kemampuan guru untuk bercerita dengan baik harus didukung dengan cerita yang baik pula yaitu denagn kriteria:
a.Cerita itu harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri
b.Cerita itu harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak.
c.Cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan anak mampu memahami isi cerita.

4.Aplikasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Bercerita
Bahasa merupakan alat berpikir yang membantu siswa berasionalisasi dan tumbuh melalui pengalaman mereka. Oleh karena itu, kegiatan berbahasa dikembangkan untuk membantu setiap siswa melihat hubungan, membuat klasifikasi, menarik kesimpulan, menanggung resiko penebakan, memperkirakan hasil, merumuskan kesimpulan, dan membuat generalisasi. Salah satu aplikasi pembelajaran bahasa di atas, yakni dengan menggunakan model pembelajaran bercerita, yang merupakan salah satu sub bagian dari model pembelajaran berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Kenapa memilih metode bercerita dalam pembelajaran keterampilan berbicara? Karena metode bercerita merupakan pembelajaran berbicara yang hampir sepenuhnya memusatkan pada pemikiran peserta didik itu sendiri. Sedangkan guru hanya sebagai moderator dan motivator dalam proses pembelajaran itu berlangsung.
Pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode bercerita dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik itu sendiri. Namun jika menyesuaikan dengan waktu dan keadaan yang mendesak, ide atau tema cerita bisa saja disiapkan atau ditentukan oleh guru. Tentu saja tema cerita yang diajarkan menggugah, menarik dan aktual. Bisa juga dimulai cerita dari lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik, lalu menuju lingkungan atau kawasan yang luas dan lebih kompleks.
Sebagia contoh pembelajarannya, berikut contoh kompetensi dasar (KD) kelas VII s.d VIII SMP atau MTs, yang berkaitan langsung dengan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode bercerita di depan kelas.
Standar Kompetensi:
10 Mengeskpresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita.
Kompetensi Dasar:
10.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
Berikut langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode bercerita:
1.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan diajarkan.
2.Guru mendemonstrasikan bercerita di depan peserta didik dengan tema cerita yang nenarik.
3.Siswa mencoba mendemonstrasikan bercerita tentang peristiwa menarik yang baru saja dialami. Bercerita di depan kelas dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.
4.Agar semua siswa mendapat giliran, bisa juga penunjukkannya dilakukan dengan cara diundi seperti arisan.
5.Agar lebih meriah dapat pula digunakan media televisi  yang tengah menyiarkan acara menarik. Misalnya lintas berita, flora fauna, film anak-anak, dsb.
6.Setelah selesai menyaksikan acara di televisi, peserta didik mencoba bercerita tentang peristiwa atau film tersebut dengan menggunakan bahasanya sendiri.
7.Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk bercerita.
8.Guru melakukan penilaian dan evaluasi di akhir pembelajaran.








5.Kesimpulan
Bahasa merupakan suatu bentuk perilaku, perlambang konsep diri dan sikap sosial seseorang yang menyimbolkan pikiran, keinginan, dan kepercayaannya. Kemampuan mempelajari bahasa sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan pribadi dan perkembangan pemahaman dasar manusia. Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa menekankan penciptaan iklim yang hangat dan bersahabat yang mendorong setiap siswa untuk bercerita melalui keterampilan berbicara.
Bercerita memberikan pengalaman psikologis dan linguistik pada siswa. Hasil belajar melalui cerita akan bertahan lama karena akan lebih berkesan dan bermakna. Dengan bercerita siswa dapat mengembangkan ketrampilan berpikir dengan permasalahan yang dihadapinya. Dan tugas guru sebagai pendidik dan fasilitator dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang cocok untuk digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode bercerita ini dimungkinkan mengangkat tema-tema cerita dari gagasan peserta didik itu sendiri. Namun jika menyesuaikan dengan waktu dan keadaan yang mendesak, ide atau tema cerita bisa saja disiapkan atau ditentukan oleh guru. Tentu saja tema cerita yang diajarkan menggugah, menarik dan aktual. Bisa juga dimulai cerita dari lingkungan kehidupan sehari-hari peserta didik, lalu menuju lingkungan atau kawasan yang luas dan lebih kompleks.

6.Daftar Rujukan
Ahmadi, Mukhsin. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang : Yayasan Asih Asah Asuh.
Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara.
Priyono, Tri. 2001. Optimalisasi Keterampilan Berbicara. UNNES.
Nurlaily, Zaroh. Penerapan Strategi Pembelajaran Melalui Bercerita dengan Pendekatan Konstruktivistik. (http://profiles.blogdrive.com). Diakses pada tanggal 31 Mei 2010.
Sastromiharjo, Andoyo. Artikel: Keterampilan dalam Pembelajaran Berbicara.
(http://www.argumen-apbi.blogspot.com). Diakses pada tanggal 31 Mei 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar