Senin, 09 Agustus 2010

PENERAPAN MEDIA DunDongBerABe DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA DI KELAS DARURAT (KORBAN BENCANA)

PENERAPAN MEDIA DunDongBerABe DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA DI KELAS DARURAT
(KORBAN BENCANA)

(Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Media Pembelajaran)

Oleh:

MOH. BADRUS SOLICHIN (080210402002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010

Penerapan Media DuNdongBerABe dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa di Kelas Darurat (Korban Bencana)

1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat terutama bagi para pelajar. Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pelajar. Belajar dilakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Ibrahim (2001:7) mengungkapkan bahwa belajar sebagai suatu perubahan dalam kapabilitas manusia. Perubahan menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh individu (siswa).
Dalam belajar dihasilkan berbagai tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok satu orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya (Adrian 2004:1).
Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting adalah metodologi mengajar. Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar guru. Jika cara mengajar guru enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
2.Pengertian Pembelajaran di Kelas Darurat (Korban Bencana)

Musibah yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini datang bertubi-tubi melanda daerah Indonesia. Tidak sedikit dampak atau kerugian yang ditimbulkan. Salah satunya dampak itu melemahkan sarana prasarana pendidikan, seperti sekolah. Sehingga pihak pemerintah dan pihak yang menaungi pendidikan berkerja ekstra untuk mengembalikan semangat belajar bagi para pelajar yang terkena dampak musibah, dan pembelajaran di kelas darurat adalah salah satu jalan penanganannya. Pengertian pembelajaran di kelas darurat merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik kepada anak didiknya di lingkungan yang tidak mendukung atau terkena musibah bencana alam menyebabkan keterbatasan sarana dan prasarana, sehingga media itu pula tidak terproses secara berstruktur dan terrencana.
Dampak bencana alam pastinya menimbulkan trauma atau pengaruh besar bagi para korbannya. Pengaruh tersebut pastinya juga berdampak pada mental dan psikis batin pada anak-anak atau pelajar. Untuk itu pihak pemerintah atau elemen pemerintah yang bernaungan di dunia pendidikan seyogyanya berperan cepat untuk menangani kasus dampak bencana bagi masyarakat pendidikan. Tentunya langkah pertama adalah membuat media pembelajaran dengan tujuan efektif, efisien, menyenangkan dan tentunya berkesan pada benak siswa karena pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat sewaktu-waktu dan sepanjang hidup. Oleh karena itu pembelajarannya harus dapat meninggalkan kesan yang mendalam pada siswa. Untuk itu perlu disusun silabus dan bahan ajar yang sesuai serta model pembelajaran yang tepat. Di samping itu perlu didukung oleh multimedia yang menarik sehingga berkesan pada siswa. Misalkan model yang sesuai dan patut dicobakan yaitu model siklus belajar (Learning cycle model’s) dengan metode bermain peran (role playing).
Menurut Fajaroh dan Dasna (2007), model siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Sesuai dengan pendapat di atas, pada model ini siswa dituntut berperan aktif untuk mencapai kompetensi-kompetensi tertentu. Sifat pembelajaran bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dengan demikian diharap kan apa yang diperoleh siswa akan memiliki kesan yang mendalam.


3.Pemanfaatan Media DuNdongBerABe
Proses interaksi sosial, setiap individu dituntut untuk terampil berkomunikasi. Sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial, setiap individu tentunya akan melakukan kegiatan komunikasi. Hal ini disebabkan komunikasi merupakan sarana untuk menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, dan pikiran yang ada dan terjadi dalam diri setiap individu.
Dua individu atau lebih yang terlibat dalam kegiatan komunikasi melakukan dua aktivitas secara bergantian, yaitu aktivitas berbicara dan menyimak. Pada suatu waktu, individu yang satu  berbicara, sedangkan yang menjadi lawan bicaranya akan menyimak apa yang sedang dibicarakannya. Pada tahap berikutnya, terjadi alih kedudukan, yaitu pembicara akan menjadi penyimak sedangkan yang sebelumnya menjadi penyimak akan menjadi pembicara. Hal ini terjadi karena seseorang ingin dan juga akan merespon terhadap suatu bahan pembicaraan yang sedang didengarnya. Di sinilah terdapat syarat yang menjadi penentu keberhasilan komunikasi dengan tidak terjadi kesalahpahaman (miss comunication) antara kedua belah pihak seperti yang dikemukakan oleh Prijosaksono dan Sembel dalam Pageyasa (2004) , yaitu lima komponen dalam diri pembicara. Lima komponen ini terealisasi dalam ”Lima Hukum Komunikasi yang Efektif”, yaitu respect, empathy, audible, clarity, and humbel (REACH). Sikap hormat dan menghargai, empati, pesan dapat didengar dengan baik, kejelasan pesan, dan sikap rendah hati hanya mungkin dimiliki oleh komunikan yang ideal dan ahli.
Setelah menelaah permasalahan yang dihadapi dalam pengajaran berbicara-menyimak di atas, penulis mencoba mengajukan model pengajaran yang menggunakan media DuNdongBerABe demi meningkatkan kemampuan berbicara-menyimak siswa. Media ini merupakan strategi belajar yang digunakan dalam quantum learning yang diadaptasi dari teori Dr. Ed Ellis, dengan nama aslinya adalah SLANT—Sit up in their chair, Lean forward, Ask questions, Nod their heads, dan Talk to their teacher (Ellis dalam DePorter, Reardon, dan Sarah, 2000). DuNdongBerABe merupakan singkatan dari Duduk tegak di kursi, coNDONG ke depan, BERtanya, Anggukan kepala, dan BErbicara dengan rekan. Sesuai dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa maka unsur berbicara dengan guru diubah menjadi berbicara dengan rekan. Dalam media ini juga digunakan strategi peta pikiran yang digunakan untuk membantu siswa yang bertugas menjadi pembicara dalam mengatur gagasan-gagasannya.


4.Aplikasi Media DuNdongBerABe dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa di Kelas Darurat (Korban Bencana)
Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar.
Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, maka media yang digunakan harus mendukung konsep pembelajaran bahasa. Pembelajaran keterampilan berbahasa yang dilakukan di lingkungan darurat seperti terkena musibah tsunami, banjir, gempa bumi, longsor dan lain-lain, tidak harus memanfaatkan media yang bersifat modern dan membutuhkan sarana prasarana lengkap. Terpenting media itu bisa dimanfaatkan dalam situasi apapun, kapanpun dan instan digunakan baik dalam pembelajaran di tenda-tenda penampungan maupun di tanah lapang. Media DuNdongBerAbe adalah salah satu media yang cocok digunakan di dalam keadaan lingkungan darurat seperti itu.
Di dalam prakteknya, media DuNdongBerAbe akan melibatkan dua pihak yaitu siswa yang bertugas menjadi pembicara dan siswa yang bertugas menjadi penyimak. Siswa yang ditunjuk untuk menjadi pembicara sebelumnya telah diberi tahu oleh guru untuk menyiapkan bahan yang akan dibicarakannya dihadapan rekan-rekannya. Di sinilah peta pikiran digunakan agar ketika tampil berbicara siswa tidak membawa teks namun hanya membawa hasil peta pikirannya. Di pihak penyimak, siswa akan menyimak apa yang sedang dibicarakan oleh rekannya yang berbicara dengan menerapkan DuNdongBerABe. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahan pembicaraan disesuaikan dengan minat siswa dan menarik.

Bahan, Biaya, atau Fasilitas yang Diperlukan dalam Media DuNdongBerABe
Bahan atau sumber yang diperlukan dalam menerapkan media DuNdongBerABe ini tidak membutuhkan alat-alat khusus dan modern, bahan medianya mudah dicari, efektif, dan biaya yang sangat terjangkau (tidak lebih dari Rp. 50.000,-). Jadi media ini sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di lingkungan kelas darurat. Bahan-bahan yang dibutuhkan diantaranya potongan-potongan langkah dari materi DuNdongBerABE, potongan-potongan langkah ini berupa kiat-kiat membuat peta pikiran, dan contoh hasil peta pikiran.
Potongan-potongan langkah materi DuNdongBerABe digunakan guru ketika menjelaskan kepada siswa pada tahap pendahuluan dan penguatan. Begitu juga dengan potongan-potongan langkah peta pikiran, digunakan oleh guru ketika menerangkan bagaimana cara membuat peta pikiran pada tahap penguatan. Hasil peta pikiran diperlihatkan kepada siswa untuk diamati dan dijadikan contoh yang kemudian siswa bisa mengembangkan dan mengkreasikan hasil peta pikirannya masing-masing.
Di bawah ini merupakan contoh dua Kompetensi Dasar (KD) yang diambil dari Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X semester 1 s.d semester 2, tentang pembelajaran keterampilan berbahasa yakni keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak.
2.1 Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat. (KD Keterampilan Berbicara)
9.1 Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung.
(KD Keterampilan Menyimak)

Langkah-langkah Media Pembelajaran DuNdongBerABe
Langkah-langkah dalam menerapkan media DuNdongBerABe dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian pengantar atau pendahuluan, bagian penguatan media, dan bagian pelaksanaan (realisasi).  Berikut adalah penjelasan dari ketiga bagian utama tersebut.
a)Bagian Pengantar atau Pendahuluan
Dalam bagian ini guru memberikan gambaran umum mengenai media pembelajaran berbicara-menyimak yang akan digunakan. Guru mengajarkan kepada siswa cara memperhatikan dengan menunjukkan cara mengatur keadaan mereka sendiri, yaitu dengan media DuNdongBerABe. Siswa ditunjukkan cara duduk tegak, dengan badan condong ke depan, bertanya, menganggukkan kepala, dan berbicara dengan rekannya. Dan proses pembelajaran ini guru bisa mempraktekkan langsung di tenda-tenda darurat atau di tanah lapang.
b)Bagian Pelaksanaan (realisasi) Media DuNdongBerABe
Setelah menjelaskan dan menunjukkan media DuNdongBerABe secara umum kepada siswa, guru memberikan penguatan terhadap perilaku yang ada dalam media. Penguatan ini bisa dilakukan dengan cara bertukar peran antara guru dengan siswa. Dan guru mengkondisikan untuk pelaksanaan media DuNdongBerABe, yaitu dengan mengatur posisi siswa melingkar. Hal ini bertujuan agar tidak ada siswa yang mengalami hambatan, dalam menerima informasi dari rekannya yang berbicara. Siswa yang menjadi pembicara berada pada posisi yang dapat dilihat oleh penyimak. Pembicara tidak ditempatkan di tengah karena hal ini akan mempengaruhi penyimak yang kebetulan berada di beradanya, jadi pembicara membelakangi penyimak. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan tidak penuhnya perhatian penyimak karena tidak menatap wajah pembicara langsung, begitu juga dengan pembicara. Guru akan membatasi waktu bicara bagi pembicara dan waktu bertanya bagi penyimak kira-kira 25 menit.
Berikut contoh naskah dialog antara guru dengan siswa dalam pelaksanaan (realisasi) media DuNdongBerABe, seperti di bawah ini.
Guru: ”Setelah Ibu jelaskan apa yang dimaksud dengan DuNdongBerABe. Nah, sekarang coba kalian cari hobi atau kesukaan, sesuatu yang kalian kuasai sehingga bisa menjelaskannya kepada teman. Misalnya cara membuat nastar yang lezat, menulis cerpen atau dongeng, atau strategi bermain sepak bola. Ibu beri waktu sepuluh sampai lima belas menit untuk memikirkan dan membayangkan langkah-langkah, cara menjalankan hobi kalian.
(Setelah dirasa cukup, guru menawarkan kepada siswa untuk jadi relawan atau memilih salah satu siswa)
Guru: ”Ya, Hafi. Coba kamu maju dan berceritalah pada Ibu tentang hobimu. Ibu akan duduk di bangkumu. Yang lain perhatikan ya.
(Usahakan guru berada di bangku deretan depan. Ketika siswa bercerita di depan, guru menirukan tingkah laku siswa yang bersikap tidak perhatian saat guru menerangkan materi pelajaran, misalnya duduk merosot, mengobrol dengan teman sebangku, menggambar atau mencoret-coret buku, atau membaca. Hal ini dilakukan beberapa waktu. Setelah hal tersebut dilakukan, guru mencari tahu bagaimana perasaan siswa yang berbicara di depan juga kepada siswa yang lain)
Guru: ”Apa yang kamu rasakan ketika bercerita tentang hobimu kepada Ibu dan teman-temanmu tadi?”
(Siswa yang berbicara di depan kelas akan menjawab pertanyaan guru dengan terbuka)
Guru: ”OK, sekarang kita akan mulai dari awal lagi. Hafi akan bercerita lagi dan Ibu akan mempraktekkan metode yang Ibu jelaskan di awal tadi.”
(Guru menerapkan media DuNdongBerABe selama salah satu siswa bercerita untuk kedua kalinya. Sikap guru menampakkan ketertarikan terhadap apa yang diceritakan oleh siswa, perhatian, dan konsentrasi)
Guru: ”Terimakasih Hafi kamu sudah menceritakan tentang hobimu. Bagaimana perasaanmu sekarang? (Siswa mengungkapkan perasaannya) Baik, silahkan kembali ke tempat dudukmu, Hafi.
(Setelah permodelan dari siswa selesai, guru bertanya kepada kelas seperti pertanyaan sebelumnya pada saat penceritaan tahap pertama)
Guru: ”Jadi, siapa yang berani memberikan penilaiannya terhadap baik-tidaknya penyampaian cerita dari Hafi?”
(Setelah itu, guru merefleksi apa-apa yang dilakukan siswa).
c)Tahap akhir atau evaluasi.
Dalam tahap ini juga, guru melakukan evaluasi atau penilaian terhadap siswa yang tampil didepan tadi. Kenudian guru bisa menuliskan kiat-kiat dalam membuat peta pikiran, dengan menempelkan potongan-potongan langkah pembelajaran yang disusunnya atau dengan menyertakan hasil peta pikiran. Dan guru juga dapat menuntun siswa untuk terampil dalam menuangkan ide-idenya ke dalam peta pikiran.

Indikator yang Dicapai dari Penerapan Media Pembelajaran DuNdongBerABe
a.Bagi Guru:
mempermudahkan guru untuk membelajarkan keterampilan berbahasa kepada siswa, yakni keterampilan menyimak dan berbicara.
mempermudahkan guru untuk menerapkan teori-teori keterampilan berbahasa kepada siswa.
mempermudahkan guru dalam menerapkan dan membelajarkan media pembelajaran keterampilan berbahasa di dalam lingkungan darurat kepada anak didiknya yang tertimpa musibah.

b.Bagi Siswa:
siswa mampu berbicara (bercerita) dengan peta pikiran yang telah disusun.
siswa mampu mendengarkan dengan penuh perhatian melalui sikap tubuh: duduk tegak dan condong ke depan.
siswa mampu mengajukan pertanyaan kepada pembicara tentang hal yang menarik atau yang kurang dimengerti dari cerita (bahan pembicaraan).
siswa mampu melakukan pembicaraan timbal balik antara penyimak dengan pembicara.



Kelebihan dan Kelemahan Media Pembelajaran DuNdongBerABe
Media DuNdongBerABe mempunyai beberapa kelebihan. Berikut adalah beberapa keunggulan yang dimiliki media DuNdongBerABe.
1)Media DuNdongBerABe memberikan kesempatan pada guru untuk lebih dekat dengan siswa, yaitu dengan permodelan langsung dari siswa dan juga guru.
2)Bahan pembicaraan diambil dari hal-hal yang dekat dengan siswa sehingga menarik dan tidak membosankan.
3)Siswa tidak merasa canggung ketika harus bertanya dan berbicara kepada rekannya yang maju berbicara karena tidak ada jarak yang terlalu jauh.
4)Kondisi lingkungan yang tidak mendukungpun media ini dapat diterapkan, dengan posisi pembelajaran siswa membentuk posisi melingkar, sehingga perhatian semua siswa fokus pada pembicara.
Di samping mempunyai kelebihan, media DuNdongBerABe juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
1)Pelaksanaan media ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk melihat kemajuan atau hasil yang signifikan.
2)Guru harus sabar dalam menjelaskan media ini dengan beberapa kali pengulangan dengan permodelan.
3)Media yang diadaptasi dari sekolah di luar negeri ini berhasil di sana, namun masih perlu diuji untuk diterapkan di negara ini.
4)Media ini mencakup keterampilan berbicara dan menyimak, sehingga guru juga siswa harus bekerja keras untuk mencapai keterampilan berbahasa keduanya.
 
5.Daftar Rujukan
Tarigan, Djago dan H. G. Tarigan. (1986). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Utari, Sri dan Subyakto Nababan. (1993). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Agus Suyatna, Abdurrahman, dan Rosana. (Artikel: Pengembangan Program Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Kebumian Bagi Siswa SMP.) FKIP Universitas Lampung.
Kupu-kupu Hijau. Artikel: Peningkatan Kemampuan Berbicara-Menyimak dengan Metode DuNdongBerABe (http://www.haveza.multiply.com). Diakses pada tanggal 31 Mei 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar