Senin, 09 Agustus 2010

Strategi Pembelajaran Membaca

Strategi Pembelajaran Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan memahami bacaan dalam rangka memperoleh informasi atau pesan yang terkandung di dalam bacaan. Untuk memperoleh kemampuan membaca yang memadai, seseorang memerlukan banyak pengetahuan dan kemampuan lain sebagai pendukung. Herber (1978: 9-10) berpendapat bahwa membaca merupakan proses berpikir yang meliputi kegiatan: 1) memahami dan menghubungkan simbol-simbol bahasa yang disebut dengan decoding; 2) memaknai gubungan simbol-simbol (kata-kata) tersebut yang merupakan tahap interpretation; dan 3) menerapkan ide atau pengetahuan yang diperoleh melalui bacaan dalam kehidupan sehari-hari merupakan tahap aplication.
Decoding
Decoding adalah suatu proses memahami simbol-simbol bahasa yaitu simbol grafis atau harus-huruf dengan cara mengasosiasikannya atau menghubungkan simbol-simbol dengan bunyi-bunyi bahasa beserta variasi-variasinya. Untuk dapat memahami proses decoding, bacalah kalimat berikut ini dengan suara keras.
Drama boneka hampir sama dengan wayang. Bedanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh bebarapa orang.
Bagaimana?! Apa yang Anda rasakan setelah melakukan kegiatan membaca dengan keras tadi? Ya! Pasti diantara Anda ada yang merasa seperti siswa SD yang sedang belajar membaca. Ada juga yang merasa seperti siswa SMP yang sedang menghafal pelajaran untuk ulangan besok pagi. Inilah yang disebut dengan proses decoding. Dalam proses ini orang hanya berusaha memahami simbol-simbol tersebut dan bagaimana membunyikannya dengan benar. Bila Siswa SD atau SMP ditanyakan tentang isi kalimat itu, dia tidak dapat menjawabnya. Hal seperti ini mungkin juga terjadi pada orang dewasa.
Perlu Anda ketahui, bahwa orang yang baru saja mengenal huruf atau simbol-simbol bahasa tulis, tanpa disadari akan membunyikan simbol-simbol tersebut dengan bersuara ketika sedang membaca.
Interpretation
Interpretation atau interpretasi merupakan kegiatan memahami maksud atau informasi yang terkandung dalam bacaan. Pada tahap ini pembaca dituntut untuk mampu menafsirkan makna setiap kata dan menghubungkannya menjadi satu kesatuan makna yang utuh sesuai dengan konteks yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu dalam proses interpretasi diperlukan pengertahuan tentang makna kata atau kosakata (Vocabulary). Sebagai contoh, kita kembali pada contoh kalimat diatas, jika satu kata saja misalnya kata drama atau wayang, atau yang lainnya tidak kita ketahui maknanya, maka kita akan kesulitan menangkap makna atau menafsirkan isi kalimat tersebut.
Pada tingkat ini pembaca tidak lagi berpikir tentang simbol-simbol bahasa (huruf). Simbol-simbol tersebut sudah secara otomatis dikenal oleh monitor yang ada di otak setiap pembaca
Aplikasi
Pembaca yang telah sampai pada tingkatan ini akan mampu memanfaatkan hasil bacaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman dalam Membaca
Sehubungan dengan tingkat pemahaman, Smith mengelompokkan kemampuan membaca menjadi 4 kategori, yaitu 1) pemahaman literal, 2) interpretasi, 3) membaca kritis, dan 4) membaca kreatif.
Efek Musik pada Bayi
Pada kira-kira bulan kelima, hubungan-hubungan dalam sistem pendengaran bayi cukup matang untuk memungkinkan otak memprogram bunyi secara utuh . Sejak saat ini, si kecil yang ada dalam perut Anda menjadi penguping sepanjang waktu. Suara Anda yang menjalar melalui kulit, otot, dan cairan dalam tubuh akhirnya sampai ke telinga sang bayi, walupun bunyi-bunyi tersebut hanya berupa bunyi cuit-cuit (tajam) yang bernada (tinggi) jika Anda berbicara dengan suara keras. Namun, melodi dan irama bicara Anda (juga semua bunyi) sampai ke telinga bayi tanpa perubahan (Don Campbell, 2001: 28).
Mari kita pahami kutipan wacana di atas secara literal. Sebelum itu kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan pemahaman literal berikut ini!
Pemahaman Literal
Tingkat pemahaman yang pertama adalah pemahaman literal, artinya pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan. Yang pertama kita menemukan kata kunci pada wacana tersebut, yaitu bulan kelima, pendengaran bayi, cuit-cuit, bernada tinggi, melodi dan irama (bergaris bawah dan cetak miring). Dari kata kunci tersebut kita dapat menangkap pesan yang terkandung dalam wacana yaitu, bahwa:
bayi dalam kandungan atau janin berusia 5 bulan sudah dapat mendengar bunyi-bunyi terutama bunyi-bunyi yang dikeluarkan melalui suara ibunya;
melodi dan irama berbicara ibu akan ditangkap secara tepat/persis oleh telinga bayi (tanpa perubahan).
Tes yang sesuai diajukan untuk mengukur kemampuan membaca tingkat ini berkisar pada contoh-contoh pertanyaan berikut ini.
Apa yang terjadi pada janin ketika berusia 5 bulan?
Apa yang dapat dilakukan janin ketika berusia 5 bulan?
Bunyi yang bagaimana yang dapat ditangkap janin berusia 5 bulan?
Unsur-unsur bunyi apa yang ditangkap janin secara tepat atau tanpa perubahan?
Jelasnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada pembaca dengan tingkat pemahaman literal tidak menuntut jawaban yang berada di luar teks. Artinya seluruh jawaban dapat ditemukan di dalam teks.
Pemahaman Interpretasi
Tingkat pemahaman kedua adalah pemahaman interpretasi. Pada tingkat ini pembaca sudah mampu menangkap pesan secara tersirat. Artinya di samping pesan-pesan secar terurat seperti pada tingkat pemahaman literal, pembaca juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan misalnya sebagai berikut.
- Apa yang sebaiknya dilakukan ibu hamil ketika kandungannya berusia 5 bulan?
Berikan alasan atas pendapat Anda!
- Percayakan Anda bahwa alat dengar bayi dapat dilatih sejak dalam kandungan?
Jelaskan pendapat Anda!
Contoh pertanyaan di atas tidak dapat dijawab dengan menggunakan teks wacana. Jawaban atas pertanyaan tersebut memerlukan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh si pembaca tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dapat muncul berdasarkan teks atau bacaan.
Pemahaman Kritis
Tingkat pemahaman ketiga adalah pemahaman kritis, kegiatan membacanya disebut dengan membaca kritis. Pada tingkat ini, pembaca tidak hanya mampu menangkap makna tersurat dan tersirat. Pembaca pada tingkat ini mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan. Di samping itu pembaca juga mampu melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat. Artinya, pembaca tahu persis akan kebenaran atau kesalahan isi wacana berdasarkan pengetahuan dan data-data yang dimilikinya tentang informasi yang ada dalam bacaan. Pembaca pada tingkat ini sudah mampu membuat kritik terhadap satu bacaan atau sebuah buku.
Misal, kita gunakan lagi contoh kutipan wacana di atas (Efek Musik pada Bayi). Pembaca kritis akan memberi penguatan atas isi wacana tersebut jika informasi yang terkandung di dalamnya dia ketahui kebenarannya 100% dan dia akan mempermasalahkan sekaligus juga memperbaiki informasi tersebut jika terdapat kesalahan dari segi penampaian atau penggunaan data yang tidak tepat.
Pemahaman Kreatif
Tingkat pemahaman tertinggi adalah pemahaman kreatif. Pembaca tingkat ini memiliki pemahaman lebih tinggi dari ketiga tingkat sebelumnya. Selesai membaca, pembaca akan mencoba atau bereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan. Dari wacana di atas, pembaca dapat membuat aransement musik yang menurutnya dapat digunakan untuk melatih pendengaran bayi menjadi lebih baik dari bayi-bayi yang lain, atau pembaca akan menulis sebuah buku yang berisis tentang bagaimana sebaiknya seorang ibu hamil melatih rasa atau membentuk karakter anak melalui latihan mendengarkan sejak dalam kandungan.
Demikianlah Saudara, uraian tentang membaca dan tingkat-tingkat pemahaman yang dimiliki seorang pembaca. Jika Anda seorang pembaca yang memiliki tingkat pemahaman interpretasi, Anda akan mampu makna tersirat dari uraian ini, yaitu berupa pertanyaan sudah sampai di manakah tingkat pemahaman saya? Dan bagaimanakah sebaiknya saya mengajarkan membaca pada siswa-siswa saya agar mereka memiliki tingkat pemahaman yang tinggi?
Strategi Pembelajaran Membaca
Saudara mahasiswa, bila kita bicara tentang strategi pembelajaran, maka kita harus kembali pada landasan/falsafah atau pandangan-pandangan yang mendasar tentang pembelajaran dan materi yang akan kita ajarkan untuk menemukan pendekatan, metode, dan teknik yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengubah pengalaman atau perilaku seseorang yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula tidak bisa menjadi bisa. Untuk mencapai hal tersbut diperlukan adanya proses dan aktivitas siswa. Dari pandangan tersubut muncullah pendekatan Keterampilan Proses dan Cara Belajar Siswa Aktif (ABSA).
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, maka pendekatan pembelajaran muncul berdasarkan hakikat bahasa itu sendiri. Ada berbagai pandangan tentang bahasa, antara lain 1) bahasa adalah alat komunikasi; 2) bahasa terdiri atas beberapa keterampilan (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dan 3) bahasa memiliki unsur-unsur pembentuk yaitu unsur kebahasaan. Dari pandangan pertama muncul pendekatan komunikatif, pandangan kedua memunculkan pendekatan integratif, dan pandangan ketiga mengajukan pendekatan struktural bagi pembelajaran bahasa.
Selain berbagai pendekatan yang menjadi pijakan pembelajaran bahasa, diperlukan pula metode dan teknik yang sesuai dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan pendekatan, metode, dan teknik dalam pembelajaran bahasa sebaiknya secara bervariasi, artinya dalam pembelajaran bahasa digunakan lebih dari satu pendekatan, metode, dan juga teknik.
Uraian tentang pendekatan, metode, dan teknik ini sudah Anda pelajari ketika Anda menempuh program D-III mata kuliah Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia atau Interaksi Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Kurikulum 1994 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia lebih menekankan pada penggunaan pendekatan terpadu atau integratif. Pembelajaran membaca dengan pendekatan terpadu dilaksanakan dengan cara memadukan pelajaran membaca dengan pelajaran keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak, berbicara, atau menulis. Selain itu pelajaran membaca juga dapat dipadukan dengan pelajaran lain di luar bahasa seperti IPA, IPS, Agma, dan yang lainya.
Dengan diintegrasikannya keempat keterampilan berbahasa dalam pembelajaran membaca, guru lebih dapat memanfaatkan aktivitas memperoleh informasi (information getting) melalui membaca dan mendengarkan, dan berbagi informasi (information sharing) dalam kegiatan menulis dan berbicara. Melalui kegiatan membaca dan mendengarkan siswa berlatih menangkap informasi dan melalui kegiatan berbicara dan menulis siswa berlatih berinteraksi dengan orang lain.
Banyak metode yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran membaca, yang tentu saja harus dipilih berdasarkan keseuaian dengan komponen-komponen pembelajaran membaca yang satu dengan lainnya salaing terkait. Komponen-komponen tersebut adalah: perkembangan atau tingkat berpikir siswa (jenjang kelas), tujuan, materi, pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran sebagai media pendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan langkah-langkah pembelajaran, Ruddel (1978) seorang ahli pengajaran khususnya bidang keterampilan membaca menyatakan bahwa dalam menuntun anak didik untuk mencapai tingkat pemahaman yang berdaya guna, seorang guru harus mengupayakan agar anak didiknya dapat menguasai langkah-langkah berikut ini.
Menangkap rincian yang meliputi kemampuan menngidentifikasi, membandingkan, dan mengklasifikasikan gagasan-gagasan yang dituangkan penulis;
Menangkap urutan (sequence) gagasan yang dipergunakan penulis untuk mendukung pokok-pokok pikirannya;
Menemukan sebab akibat;
Menemukan gagasan pokok dan gagasan penunjang;
Meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang bakal muncul pada bagian berikutnya dari bacaan;
Menilai maksud yang dikemukakan;
Berlatih memecahkan masalah yang dilemparkan oleh penulis.
Setelah Anda melaksnakan pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi pembelajaran membaca yang tepat seperti yang diuraikan di atas, dan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang Anda lakukan Anda pasti sudah mengetahui langkah apa yang harus Anda lakukan. Ya, benar! Evaluasi.
Evaluasi adalah suatu proses yang bertujuan mengukur keberhasilan suatu kegiatan yang telah dilakukan, dalam hal ini adalah kegiatan pembelajaran membaca. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam proses yang disebut dengan evaluasi proses dan pada akhir pembelajaran yang disebut dengan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat atau instrumen yang lebih menekankan pada instrumen non-tes. Aspek-aspek yang dinilai melalui instrumen non-tes untuk pembelajaran membaca dapat berupa; motivasi, minat/antusias, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran.

A.
B.
C.
D.PEMBELAJARAN PUISI DAN CARA MENGAPRESIASIKANNYA PADA SISWA SMA


TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN


Oleh Kelompok 5:

1.MOH. BADRUS SOLICHIN (080210402002)
2.YUAIDA DWI FATMAWATI (080210402017)
3.ACHMAD WAHYUDI (080210402023)
4.ITA NUR ANDRIANA (080210402052)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010

1 Pendahuluan
Pada dasarnya setiap pengajaran bahasa bertujuan agar siswa mempunyai keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa meliputi terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Jadi, secara singkat keterampilan berbahasa itu mencakup empat segi yang keempat-empatnya saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisah dengan sekat yang jelas.
Keempat keterampilan tersebut digunakan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Komunikasi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa ini diperoleh dengan menguasai empat keterampilan berbahasa. Salah satunya adalah melalui metode membaca. Membaca merupakan suatu kegiatan memahami teks bacaan dalam rangka memperoleh informasi atau pesan yang terkandung di dalam bacaan.
Menjelang tahun 1920-an, penggunaan metode membaca banyak mengalami refisi yang di pelopori oleh para pendidik Ingris dan Amerika. Salah satu pelopornya adalah West (1926), yang mengajar bahasa Ingris di India berpendapat bahwa belajar membaca jauh lebih penting dari pada orang India yang belajar bahasa Ingris ketimbang berbicara. West menganjurkan suatu penekanan pada membaca bukan hanya karena dia menganggap hal itu sebagai keterampilan yang paling bermanfaat yang harus diperoleh oleh bahasa asing, tetapi itulah yang paling mudah, suatu keterampilan dengan nialai tamabah yang paling besar bagi siswa yang paling mudah pada tahap- tahap awal siswa mempelajari bahasa.
Metode membaca pada tahun 1929-an di sekolah- sekolah menengah maupun di perguruan tinggi di Amerika Serikat mulai digunakan. Tujuannya adalah untuk memberi pelajar atau mahasiswa kemampuan untuk memahami teks ilmiah yang mereka kelukan dalam studi mereka. Metode membaca inilah yang kemudian terus digunakan dan dikembangkan hingga saat ini.
Berdasarkan uraian di atas maka makalah ini akan mendeskripsikan tentang…………………………………………………………………………………………………………………………………….
2. Tujuan dan Teknik
Tujuan dan teknik membaca secara tegas hanya dibatasi untuk membatasi hanya untuk melatih para siswa untuk melatih dalam membaca pemahaman. Metode membaca merupakan suatu teoari pengajaran bahasa yang secara tegas membatasi tujuan pengajaran bahasa pada salaha satu kegunaan praktis yang dapat dicapai. Metode membaca yang sekaligus merupakan cirri utamanya adalah sebagai berikut:
a.pemisahan fase aktif dan fase pasif pembelajaran bahasa
b.pendekatan analasis tata bahasa bagi tujuan membaca pemahaman
c.penekanan pada pengalaman menbaca intensif dan ekstensif
d.penundaan pelatihan berbicara dan menulis
e.perhatian kontinyu terhadap kata-kata lisan
f.perhatian terhadap pembelajar secara individual
Teknik-teknik yangv dipakai dalam metode membaca tidaklah berbeda secara radikal dari teknik-teknik yang dikembangkan dalam metode-metode terdahulu:
a.penggunaan B1 tidak dilarang
b.penggunaan B2 diadakan secara lisan
c.ucapan dan inti ujaran sangat penting
d.beberapa teknik terampil dari pengajaran membaca bahas asing
e.control kosakata dalam bacaan sangat penting
f.control kosakata merupakan pembeda membaca intensif dan ekstensif

Asumsi Teoritis
Metode membaca mempunyai dasar pragmatic yang kuat. Asumsi-asumsi educationalnya sam dengan kurikulum sekolah Amerika tahun 1920-an, misalnya menyesuaikan kegiatan-kegiatan pendidikan kepada penggunaan-penggunaan praktis yang sudah ditetapkan atau ditentukan. Dengan perkataan lain, dengan metode ini diharapkan agar para siswa mempunyai keterampilan berpragmatik. Kita harus menyadari benar-benar jika ada 7 faktor penentu dalam berkomunikasi dengan bahasa yaitu:
a.siapa yang berbahasa dengan siapa
b.utnuk tujuan apa
c.dalam situasi apa atau tempat dan waktu
d.dalam konteks apa
e.dengan jalur mana lisan atau tulisan
f.media apa
g.dalam peristiwa apa
Orientasi belajar mengajar bahas berdasarkan tugas dan funsi berkomunikasi ini disebut pendekatan komunikatif. Dalam pendekatan komunikatif ini bentuk bahasa (kata, kalimat, ragam bahasa) yang dipakai selalu dikaitkan dengan factor-faktor penentu di atas. Kemampuan berbahasa yang demikian yaitu yang dapat menyesuaikan bentuk bahasa dengan factor-faktor penentu, disebut keterampila berpragmatik. Ilmu yang mengkaji hubungan bahasa (ragam dan bentuk bahasa) dengan faktor-faktor itu disebut ilmu pragmatik.
Metode pembaca timbul dari pertimbangan-pertimbangan pendidikan praktis. Hal ini sejalan denga teori eamerika tahun 1920-an. Metode itu memperkeranalkan kedalam pembelajaran bahasa beberapa elemen baru yang penting yaitu;
a.kemungkinan menemukan tehnik-tehnik pembelajaran bahasa yang sesuai dengan tujuan –tujuan tertentu. Dalam hal ini tujuan membaca .
b.pengaplikasian pengawasan kosakata pada teks-teks sebagai sarana penahapan teks-teks yang lebih baik.
c.penciptaan atau kreasi yang bertingkat
d. sehubungan dan sebagai jasa pengawasan kosa kata pengenalan dengan tehnik-tehnik membaca bagi kelas bahasa asing.
Kesimpulan
Metode pembelajaran direncanakan bagi sekolah-sekolah yang tujuan satu-satunya adalah untuk memperoleh pengetahuan memebaca mengenai bahasa. Teks dibagi menjadi seksi-seksi atau bagian –bagian pendek. Yang masing-masing didahului oleh suatu daftar kata yang akan di ajarkan melalui konteks trrjemahan atau gambar-gambar. Setelah suatu tahap atau disingkat kosa kata tercapai maka bacaan –bacaan tambahan dalam bentuk cerita atau novel yang di sederhanakanpun diperkenalkan untuk memudahkan sang pembelajar untuk menggabungkan atau mengkosolidasikan kosakatanya.














Daftar putaka
Guntur tarigan, henry.1991.metodologi pengajaran bahasa 2.bandung:penerbit angkasa.
Utari subyakto,sri.1993.metodologi pengajaran bahasa.jakarta:PT.gramedia pustaka utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar